Bunuh Diri Bisa Dicegah, Ada Tanda-Tanda Awal     

  PEMIKIRAN bunuh diri atau melakukan tindakan bunuh diri, dalam psikologi merupakan salah satu manifestasi kondisi depresi tingkat berat. Psikolog Magna Penta Consulting, Anrilia E.M. Ningdyah, PhD, mengatakan pemikiran itu umumnya juga disertai berbagai keluhan.

“Seperti perasaan sedih, tertekan atau keluhan suasana hati lainnya. Pada saat itu, mereka berpikiran tidak punya jalan keluar lagi, tidak memiliki harapan, kalut dan sebagainya. Bukan hanya itu saja, juga disertai keluhan fisik. Seperti gangguan tidur, pola makan dan sebagainya,” ujar Anrila.
Namun menurutnya, tindakan bunuh diri itu sebenarnya dapat dicegah. Untuk itu, dukungan dan perhatian orang terdekat, sangatlah diperlukan. ”Supaya tindakan bunuh diri dapat dideteksi, bahkan sejak tanda-tanda awal terlihat pada orang tersebut," ulasnya.
        Bukan hanya itu saja. Kata Anrila, secara umum pada awalnya orang yang hendak bunuh diri itu kerap melontarkan perkataan tanda-tanda. "Seperti, ah tidak ada gunanya hidup. ”Kemudian ada juga yang bilang, sepertinya lebih baik kalau aku tidak ada di dunia ini, dan untuk apalagi saya hidup,” sebut Anrila, psikolog di RSUD Siti Fatimah Az-Zahra dan RS Hermina
“Hidupku kok tidak berarti, atau sepertinya lebih baik kalau aku tidak ada, dan sebagainya,” ujar Anrila mencontohkan.  Tanda-tanda awal ini, sambung dia, biasanya luput dari perhatian orang-orang terdekatnya. Baca juga : Tewas Usai Ditangkap karena Tuduhan Curi Kambing, Keluarga Sebut Kondisi Firullazi Tak Wajar
Sehingga mungkin karena awal tidak mampu memberikan dukungan yang saat itu dibutuhkan, ataupun juga memberikan pertolongan," beber psikolog di RSUD Siti Fatimah dan RS Hermina tersebut. “Setelah tanda-tanda awal itu, tahapan selanjutnya mereka akan mulai memikirkan alat-alat untuk   bunuh diri,” imbuhnya.
Semisal, membeli obat-obatan dalam jumlah banyak, siapkan pisau, berdiri di atas jembatan dan lain-lain. Bersamaan dengan itu, umumnya dari pelaku bunuh diri ini terjadi perburukan kondisi emosi dan perasaan, kognitif atau pola berpikir dan ketubuhannya. Pada fase ini, bila yang bersangkutan tadi tidak segera mendapat bantuan profesional, maka dapat saja berlanjut pada melakukan upaya bunuh diri. "Di sini, saran dan dukungan dari orang-orang terdekat tersebut sangat dibutuhkan, terutama untuk mengenali gejala-gejala awal yang mengarah ke  pemikiran bunuh diri,” paparnya. Oleh karena itu, kenali perubahan perilaku dan juga komunikasikan setiap permasalahan yang ada. Sediakan diri dan waktu untuk mendengarkan keluhan. “Bila ini (kondisi) semakin memburuk, segera minta bantuan pada profesional. Misal psikolog atau psikiater, sehingga hal ini (bunuh diri) dapat dicegah," imbaunya.
        Terpisah, Mardiah Hayati, SPsi, MPsi, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Abimantrana, mengatakan sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan tindakan bunuh diri terjadi. Mulai dari faktor ekonomi, rumah tangga, kesehatan, asmara dan sebagainya. “Jadi tekanan mental pada orang yang  bersangkutan,” tuturnya.
Sehingga dengan kondisi yang berlarut-larut, menimbulkan keinginan dari yang bersangkutan untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Bukan hanya itu saja, rendahnya keimanan, pendidikan dan himpitan ekonomi, juga menyebabkan pemikiran dan jiwa yang bersangkutan ini tidak sehat. Dengan kata lain, sambung Mardiah, hal itu menyebabkan pemikirannya jadi tidak sehat. "Pemicunya sangat banyak serta beragam. Terlepas dari semua itu, kejiwaan dari yang bersangkutan ini dalam kondisi kurang sehat. Membuatnya berpikiran negatif dan tidak produktif.  Menjadi pemicu mereka ini untuk melakukan bunuh diri, sebagai jalan keluar atas permasalahan yang ada," ulasnya. Baca juga : Jangan Tertipu, Modus Undangan Nikah Tapi Mau Nyolong Saldo Rekening
Kata Mariah, selain peran dari pihak keluarga, dukungan semua pihak juga menjadi salah satu upaya mencegah dari aksi bunuh diri. Karena hal ini terkait dengan mental, tentunya perlu sosialisasi dan pendampingan serta konsultasi. “Kenapa ini terjadi, karena minimnya perhatian kita ke mereka tadi,” ucapnya.
Untuk itulah, kehadiran keluarga atau orang dekat untuk mereka ini sangat penting. Di satu sisi memberikan semangat dan motivasi, sekaligus menyatakan kalau mereka ini tidak sendirian. Ada untuk membantunya. Untuk itu peranan instansi terkait juga sangat penting, guna lebih menyehatkan jiwa dan pikiran yang bersangkutan. “Terkait dengan psikologisnya, memang hal ini harus kembali ke yang ahlinya yakni psikolog atau psikiater. Yang utama ini, menyehatkan kembali jiwa dan juga pikirannya," ulas Mardiah, yang juga dosen Stipsi Widya Dharma Palembang. (afi/air/) https://sumateraekspres.bacakoran.co/?slug=sumatera-ekspres-24-januari-2023/

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan