https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Tersebar, Ratusan Titik Blankspot

Faktor Geografi, Cuaca dan Kekurangan BTS

Kendala Digitalisasi di Sumsel

SUMSEL - Pemerataan pembangunan tak hanya masalah infrastruktur jalan, listrik, atau air bersih. Tapi juga komunikasi pada hampir semua daerah di Sumsel. Masih banyak wilayah yang tak tercover sinyal komunikasi (blankspot, red). Baik itu komunikasi analog seperti jaringan telepon maupun komunikasi digital/jaringan internet.

Total ada 467 desa yang belum terjangkau jaringan telekomunikasi dan 684 desa belum terjangkau jaringan internet. "Ada banyak penyebab terjadinya blankspot di suatu wilayah, mulai dari faktor geografis, belum meratanya tower base transceiver station (BTS), serta faktor cuaca," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumsel, H Achmad Rizwan SSTP MSi.

Kondisi itu diungkapnya saat membuka acara solusi mengatasi blankspot guna mendukung percepatan transformasi digitalisasi Provinsi Sumsel di Hotel Beston, kemarin (26/1). Kendati begitu, kata Rizwan, wilayah terjangkau sinyal seluler sudah lebih banyak mencapai 87.151 km, Meliputi jaringan 2G cover 81.426 km (93,43 persen) di 13 kabupaten/kota, 221 kecamatan, serta 3.223 kelurahan/desa. BACA JUGA : Manfaat Sedekah Subuh dan Cara Mengamalkannya

Untuk jaringan 3G cakupan sinyal 68.412 km (78,50 persen) di 6 kabupaten/kota, 189 kecamatan, 3.045 kelurahan/desa, serta jaringan 4G sebanyak 74.342 km (85.30 persen) di 14 kabupaten/kota, 220 kecamatan, dan 3.192 kelurahan/desa. "Penanganan infrastruktur sinyal merupakan kebutuhan mendasar yang harus disediakan Pemerintah," tegasnya.

Meski demikian, permasalahan penyediaan infrastruktur sinyal komunikasi diambil alih Kominfo Pusat. "Kita merangkul stakeholder dan provider untuk ikut membangun infrastruktur sinyal komunikasi bagi masyarakat," tegasnya. Seperti ICON plus subholding PT PLN (persero) berkomitmen memberikan layanan internet di seluruh kabupaten/kota Sumsel.

GM PLN ICON Plus SBU Regional Sumbagsel, Yan Alfino Simanjuntak, mengatakan, guna menuju The New PLN 4.0 Unleashing Energy and Beyond, PLN Group bertransformasi menjadi holding dan subholding. Kini PLN memiliki 4 subholding yang membawa perusahaan semakin kokoh dan kuat. “Salah satunya ICON plus yang menjadi subholding PT PLN ICON Plus dalam membangun lini bisnis baru di luar kelistrikan,” jelasnya. Baca juga : Waduh, Ada 7 Desa di Musi Rawas yang Masih Blankspot

Bagaimana di daerah? Kepala Dinas Kominfo, Statistik dan Persandian (Diskominfotiksan) Lubuk Linggau, Johan Imam Setepu, mengatakan, saat ini masih tersisa satu titik wilayah blankspot sinyal internet. "Daerah Taba Baru atau Belalau, Lubuklinggau Utara I. Kita upayakan lewat bantuan Gubernur agar dipasang jaringan internet di Taba Baru," katanya. Tapi wilayah Air Kati maupun Binjai di Lubuklinggau Selatan I belum masuk sinyal telepon.

“Kami sudah mengajukan ke provider supaya memasang tower di wilayah tersebut, namun belum terealisasi, baru sebatas survei lokasi oleh provider. Kendalanya provider hitungan bisnis. Kalau jumlah penduduknya kurang mencukupi belum bisa," pungkasnya.

Di Musi Rawas juga masih ada wilayah tanpa sinyal di 4 kecamatan. Di antaranya Desa Tri Anggun Jaya, Desa Mukti Karya, dan Desa Sindang Laya, Kecamatan Muara Lakitan. Kecamatan BTS Ulu meliputi Desa Kembang Tanjung dan Desa Gunung Kembang Lama. Lalu Desa Karya Teladan di Muara Kelingi dan Desa Pasenen di Kecamatan STL Ulu Terawas. Baca juga : Telkomsel Gandeng Ericsson dan Qualcomm Uji Coba Layanan 5G

"Hasil survei kita jumlah blankspot masih 7 desa," Kepala Dinas Kominfo dan Statistik Mura, Adi Irawan. Untuk mengatasi ini, pihaknya akan meminta bantuan ke Kementerian Kominfo, Pemprov Sumsel, serta Provider supaya bangun menara telemunikasi di kawasan blank spot atau daerah lemah sinyal. “Kita sudah berupaya, tapi kan Provider punya hitungan bisnis menempatkan tower di suatu lokasi," pungkasnya.

Kepala Diskominfo Muara Enim, Ardian Arifanardi Ap MSi mengatakan beberapa desa sebelumnya mengalami blankspot, seperti Desa Swarna Dwipa, Desa Rekimai Jaya, Desa Gunung Agung, dan lainnya.

“Tapi beberapa desa yang blankspot itu sudah kita pasang alat VSat sehingga kini masyarakatnya bisa mengakses internet. Itu salah satu inovasi kita, jadi pelayanan khususnya Pemerintahan tak lagi terkendala jaringan internet," terangnya. Kepala Bidang Pengelolaan Komunikasi dan Informatika Diskominfo OKI, Adiyanto mengatakan di OKI ada 307 BTS sudah dibangun dan 57 desa masih blankspot.

Kadin Kominfo OKU, Priyatno Darmadi menyampaikan kebutuhan jaringan, khususnya internet saat ini sudah jadi kebutuhan mendasar. “Makanya kami juga berusaha menuntaskan blankspot sinyal melalui APBD, bantuan Gubernur Sumsel, dan secara mandiri melalui usulan dana desa,” tuturnya.

Dari APBD, pihaknya sedang bangun fiber optik di 72 titik Baturaja Timur dan desa-desa kecamatan terjauh yang belum terbangun. Demikian pula ada bantuan gubernur dan Pemerintah Pusat untuk pembangunan jaringan internet di Kecamatan Semidang Aji.

“Kami juga menjajaki pihak Telkom supaya mau membangun jaringan dan memasang tower di sejumlah wilayah,” bebernya. Sebab saat ini masih ada sekitar 134 titik wilayah blankspot sinyal di beberapa Kecamatan OKU.

Kepala Diskominfo OKU Timur, Arfan Hermawan ST mengatakan di wilayahnya masih ada 14 desa kategori susah sinyal. Anggari Jaya Susman, Kabid Pelayanan e-Goverment Diskominfo OKU Timur menambahkan beberapa desa itu di antaranya Desa Tanjung Kukuh. “Katanya blankspot pengakuan desa, tapi sebenarnya itu hanya susah sinyal. Untuk internetan sama sekali tidak bisa, namun sebatas telponan saja," kata Anggari.

Ada juga Desa Batumarta 10, Nusa Maju, Senu Mega, Tanjung Raya, Sidorahayu, Sumber Suko Jaya, dan lainnya. "Tapi sekali lagi wilayah ini hanya kategori lemah sinyal, memang sudah menganggu," kata dia. Baca juga : Disrupsi Digital, Harus Menyesuaikan Diri

Plt Kepala Diskominfo PALI, Ali Akbar menjelaskan ada 61 titik wilayah mau dibangun tower telekomunikasi di PALI. “Sudah kita usulkan, tapi masih menunggu kabar dari Kemenkominfo kapan pastinya didirikan," ujarnya. Blankspot di PALI kebanyakan tidak ada sambungan internetnya.

"Kalau sambungan telpon hanya ada satu atau dua titik yang tidak ada. Tapi internet sebagian wilayah di sejumlah desa. Makanya dalam program internet desa nantinya akan kita pasang wireless gratis di satu titik desa yang bisa menjadi sentral berkumpulnya masyarakat," tutupnya.

Kadis Kominfo Lahat, Rudi Dharma melalui Kabid Pengembangan Aplikasi Bidang Pengembangan E-Goverment, Amri Siregar mengungkapkan ada lima desa lebih yang blank spot. “Daerah itu betul- betul tidak ada jaringan komunikasi, seperti Desa Karang Dalam dan Desa Lubuk Lungkang," ungkapnya. Sebagai upaya pihaknya kerja sama dengan beberapa provider, tapi provider punya pertimbangan sendiri. "Ada yang sudah dibangun BTS dan ada yang belum," tambahnya. Untuk internet desa, tahun 2022 lalu ada bantuan Gubernur bagi 6 desa. Namun pihaknya mendorong desa secara mandiri melalui dana desa memasang internet.

Kepala Dinas Kominfo Muba, Herryandi Sinulingga menyebut pihaknya terus menggencarkan percepatan transformasi digital menuju Muba Smart Regency. Sinulingga mengatakan pihaknya telah bekerjasama dengan Telkom Indonesia Regional Sumsel membangun jaringan fiber optik di 13 kecamatan. Dua kecamatan lain menggunakan VSat Starlink Produk Elon Mask.

"Ke depan kita akan kembangkan terus sampai tingkat desa, termasuk percepatan pembangunan jaringan internet ke puskesmas dan rumah sekolah," katanya. Selain Telkom, pihaknya jajaki dengan ICON Plus. “Kita lihat mana yang lebih efektif untuk pembangunan jaringan internet di Muba," bebernya. Internet sekarang sudah jadi kebutuhan primer, maka selayaknya infrastruktur internet tersedia sampai pelosok negeri.

Kadis Komunikasi Informatika Banyuasin, Fajar melalui Kabid APTIKA, Gusti menjelaskan pihaknya terus mengajukan usulan ke Kemenkominfo untuk pelaksanaan program Dirjen Postel (Pos dan Telekomunikasi) untuk daerah non 3T dan program Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) terkait pembangunan infrastruktur telekomunikasi di daerah-daerah.

“BAKTI mencakup 4 layanan utama, yaitu Layanan Akses Internet, Penyediaan Base Transceiver Station (BTS), Palapa Ring, dan Satelit Multifungsi. Harapan ke depan tidak ada lagi desa di Banyuasin yang blankspot sinyal," cetusnya. Saat ini beberapa desa tidak terjangkau sinyal telekomunikasi, salah satunya Desa Jati Sari dan Tabalajaya di Kecamatan Karang Agung Ilir.

Terpisah, Kepala Diskominfo OKU Selatan, Firman Bastari SSTP MSi mengatakan, baru sekitar 70 persen wilayah yang stabil sinyal. "Blank spot di OKU Selatan saat ini masih 41 wilayah dan 64 blank spot sebagian," ungkapnya.

Saat ini dari total 252 desa, hanya memiliki 92 tower pemancar provider. "Idealnya kita harus punya 140-150 tower pemancar," bebernya. Geografis OKU Selatan yang banyak perbukitan membuat jumlah kebutuhan tower pemancar tinggi. "Setiap tahun ada 2-3 penambahan tower. Ada bantuan dari gubernur berupa hotspot gratis desa-desa," tandasnya. (qda/yud/kur/sal/way/gti/chy/ebi/bis/lid/zul/end/fad) https://sumateraekspres.bacakoran.co/?slug=sumatera-ekspres-24-januari-2023/

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan