https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Terjeblos Gambut Sepinggang, 20 Hari Tak Pulang ke Rumah

SUMATERAEKSPRES.ID - Dedikasi dan perjuangan anggota satuan tugas (satgas) pemadaman karhutla begitu luar biasa.

Demi memadamkan kebakaran hutan atau lahan, rela tak pulang ke rumah berhari-hari. Di lapangan, nyawa jadi taruhan. Seperti apa cerita mereka?

Menjadi bagian dari satgas karhutla bukan tugas mudah. Apalagi tahun ini, ada banyak titik api yang harus dipadamkam. Melebihi tahun lalu. Praktis, waktu, tenaga dan pikiran tercurah untuk pemadaman.

Putra Yansyah (33), anggota BPBD Kabupaten Muara Enim, salah seorang yang terlibat dalam satgas pemadaman darat. Ia merasakan karhutla terparah pada 2019 lalu.

“Saat itu jauh lebih merepotkan dibandingkan tahun ini. Kalau 2020-2022, kemarau basah, jadi tidak banyak kebakaran,” katanya.

Salah satu yang ia ingat dan berkesan, saat harus jalan sejauh 1 km menuju lokasi karhutla. “Lokasinya tidak bisa dijangkau naik motor. Jadi harus pikul mesin pompa jalan kaki ke sana,” tuturnya.

Mereka tidak akan pulang sebelum kebakaran benar benar padam. "Kadang mau makan tidak jadi, karena baru mau nyuap nasi, apinya hidup lagi. Jadi kita padamkan dulu, baru bisa melanjutkan makan," ungkap Putra.

Bicara soal ketemu hewan liar, sudah sering. Seperti ular dan lainnya. “Kebanyakan kondisi mereka sudah mati terbakar,” tambahnya.

Sukanya, ia bertemu dengan personel dari satuan lain. Seperti Manggala Agni, TNI dan Polri. BACA JUGA : BRI Regional Office Palembang Salurkan Bantuan Peralatan Karhutla ke Desa Tanjung Beringin

Keakraban pun terjalin erat. Di musim kemarau saat ini, ia masih jadi bagian dari satgas karhutla. Membuatnya harus standby di posko 24 jam.

"Kadang sampai 15 hari tidak pulang ke rumah. Rindu juga dengan keluarga, istri dan anak-anak. Tapi namanya juga tugas. Mereka selalu mendoakan," ungkap ayah dua anak ini.

Cerita menarik juga diungkap Hendra, anggota Manggala Agni Daops Sumatera XIV – Banyuasin. Bersama rekan-rekannya, saat karhutla ini mereka jadi jarang kumpul keluarga. BACA JUGA : Kendala Pemadaman Karhutla di Muratara, Pasokan Air Terbatas

“Bisa ketemu setelah tugas 20 hari. Karena kita ada rolling, 20 hari tugas, baru bisa pulang sebentar,” jelasnya.

Dalam upaya pemadaman, mata pedih, napas sesak jadi pengalaman yang dirasakannya. "Apalagi saat memadamkan lahan gambut, itu susah sekali," cetus dia. Mereka  pernah

menolong warga yang hampir terbakar dampak karhutla.

Kapolsek Betung AKP Gunawan bersama personilnya mengungkapkan, salah satu kesulitan pemadaman ketika sumber air jauh dari titik api.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan