Operasi Pasar Sudah Mendesak

Demi Turunkan Harga Beras

PALEMBANG – Lebih dari 2 bulan ini harga beras kian melilit leher. Bahkan harganya naik berkali kali, tetapi tak kunjung turun. Hal ini banyak dikeluhkan masyarakat seperti Debi, warga Km 9. Ia biasa membeli beras patin 10 kg seharga Rp108 -110 ribu, tetapi kemarin harga beras sudah menjadi Rp140 ribu per karung. "Beras naiknya luar biasa menguras dompet," katanya, kemarin. Mulyana, warga Jl Sosial Km 5 mengaku lebih dari sebulan ini harga beras naik tinggi. Mau bagaimana lagi, dikurangi tidak mungkin karena beras menjadi kebutuhan pokok sehari-hari.
"Saya harap ini menjadi perhatian Pemerintah. Harus ada upaya penanganan yang masif untuk mengintervensi harganya di pasaran," ulas dia.
Berdasarkan update harga dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel, beras medium saat ini dijual Rp13.500 per kg dan beras premium Rp14.500 per kg. Padahal awal September 2023 beras premium masih diharga Rp12.500 per kg. Menurut Gubernur Sumsel, H Herman Deru mengatakan kalau dirasa ada kenaikan terus menerus maka perlu operasi pasar.
Ini sudah mendesak. “Adakan operasi pasar untuk menstabilkan harga beras," kata Deru.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel, Ruzuan Effend mengatakan berbagai upaya dilakukan untuk menstabilkan harga beras.
"Kita sebenarnya sudah rutin melakukan operasi pasar ke daerah-daerah dan juga ada bantuan pangan dari pemerintah yang sudah disalurkan sejak awal September," kata Ruzuan, akhir pekan lalu.
Bahkan secara teknis, kata dia, Pemerintah mempercepat proses bantuan pangan dari yang tadinya Oktober, November, Desember menjadi September, Oktober, dan November. "Diharapkan adanya bantuan pangan Pemerintah ini bisa menekan harga beras secara masif. Selain itu beras SPHP masih terus digelontor untuk menstabilkan harga beras," katanya. Menurutnya, untuk kenaikan harga beras dipengaruhi beberapa faktor seperti, adanya kenaikan harga gabah di tingkat petani misal kalau sebelumnya Rp5 ribu per kg  kini menjadi Rp6.800 per kg. Kemudian adanya el nino, meskipun belum begitu besar dampaknya. "Untuk pasar murah rutin diadakan pada 25 September mendatang di Banyuasin. Lalu 2 Oktober di Kalidoni, 10 Oktober di OKI, dan lain-lain," ungkapnya. Kepala BPS Provinsi Sumsel, Moh Wahyu Yulianto menambahkan komoditi beras memang menyumbang inflasi nomor 2 setelah BBM.
"Inflasi di Sumsel dari Januari sampai Agustus 1,58 persen dan year on year (yoy) 3,19 persen. Untuk beras menyumbang 0,49 persen, BBM menyumbang infalsi tertinggi. Imbasnya biaya angkutan transportasi dan distribusi naik," katanya.
Menurutnya, kenaikan beras ini memang tak bisa dihindari karena di tingkat petani harga gabah naik. Itu terjadi tak hanya di Sumsel tapi hampir semua daerah. "Berbagai upaya dilakukan untuk menstabilkan harga beras seperti pasar murah, mengerakkan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP). Selain petani bersawah juga diedukasi mengembangkan usaha lainnya," katanya. (yun/fad)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan