Tetap Pantau Perkembangan Tanaman, Ajarkan Buat Biosaka

*Kegiatan Penyuluh Pertanian saat Musim Kemarau

Musim kemarau yang terjadi saat ini memang cukup berpengaruh terhadap sejumlah tumbuhan. Ada yang tak bisa panen, ada yang sudah panen. Tapi ini semua tetap harus disyukuri. Petugas penyuluh pertanian pun tetap semangat mendampingi petani dalam memantau pertumbuhan tanaman. PENANAMAN yang dilakukan tak serentak membuat pemanenan pun tak serentak. Inilah yang terjadi di Desa Ulang Kemang Baru Kecamatan Pampangan Baru, OKI. Lahan persawahan di desa ini baru sekitar 60 persen yang melakukan pemanenan. Sisanya 40 persen lagi belum panen. Bulir padi belum menguning alias belum masak. Petani di sini tetap semangat mengurus tanamannya meski sudah separuh lebih lahan persawahannya melakukan pemanenan. Pemantauan, perawatan dan penyiraman pada tanaman tetap dilakukan.
‘’Semua petani di sini tetap semangat meski kurang dari separuh kondisi padi mereka belum masak. Tinggal menunggu waktu saja. Nanti mereka juga akan panen seperti petani lainnya,’’ ujar Koordinator POPT Kabupaten OKI, Alexander SP.
Diakuinya, soal kondisi musim kemarau yang terjadi saat ini semua merasakannya. Tapi untuk wilayah Desa Ulang Kemang Baru, kondisi persawahan tak begi berpengaruh. Karena petani masih tetap panen seperti tahun sebelumnya. Hanya saja, memang harus kerja ekstra dalam memenuhi kebutuhan air untuk lahan yang dialiri. Soal serangan hama yang terjadi pada tanaman padi, Alexander mengaku tak ada hama yang menyerang tanaman padi. ‘’Karena kondisi persawahan kita sudah kering, jadi hama bisa diminimalisir. Ini juga terjadi di desa lainnya,’’ katanya. Meskipun hama tak terlihat, lanjutnya, pihaknya juga tetap mengidentifikasi organisme pengganggu tanaman (OPT).
‘’Kita juga tetap melakukan pemanfaatan musuh-musuh alami dari hama yang ada di sekitar persawahan. Kita juga menaksir luas panen yang akan dilakukan petani,’’ katanya.
Tak hanya memantau lahan persawahan, pihaknya juga melakukan kegiatan lainnya. ‘’Kita lakukan demo pembuatan biosaka. Kita lakukan di beberapa kecamatan. Pastinya   jika ada permintaan dari kelompok tani yang ada di kecamatan atau lainnya, kita para penyuluh langsung turun,’’ ujarnya. Diakuinya, memang sudah banyak juga kecamatan yang sudah melakukan demo pembuatan biosaka. Tak hanya sekadar demo, bahkan ada sebagian petani yang langsung mempraktikkannya. ‘’Kita berharap nantinya secara bertahap petani bisa memanfaatkan biosaka,’’ katanya. Biosaka sendiri sangat cocok untuk tanaman. Selain ramah lingkungan, biosaka juga membuat tanaman menjadi lebih subur. Biaya yang digunakan untuk membuat biosaka pun tak mahal. Bahkan sangat murah sekali.
‘’Petani membuat biosaka hanya dengan memanfaatkan lima jenis tanaman yang ada di sekitar lahan petani ,’’ katanya,
Soal pembuatannya pun sudah banyak petani yang mengerti. ‘’Takaran dan cara pennyemprotannya ke padi maupun tanaman hortikultura sudah kita ajarkan,’’ ujarnya. Biosaka ini, lanjutnya, bisa menjadi salah satu alternatif pupuk alami yang sangat baik di tengah mahalnya harga pupuk kimia. ‘’Kita ingin petani bisa memanfaatkan pupuk alami yang berasal dari tanaman,’’ ujarnya. (*/)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan