https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Ungkap Kelinci belang sumatera, Punah karena Perambahan Liar

*Prof Dr Arum Setiawan SSi MSi CEIA, Guru Besar Bidang Ilmu Biologi Konservasi FMIPA Unsri

SUMATERAEKSPRES.ID - Kelinci belang sumatera (nesolapys netcheri), salah satu hewan endemik di Sumatera Selatan (Sumsel).

Menuliskan orasi ilmiah tentang satwa ini mengantarkan Prof Dr Arum Setiawan SSi MSi CEIA menjadi guru besar Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya.

Kebanggaan dirasakan Prof Arum. Dengan menuliskan seputar hewan kecil dan berbulu indah itu ia bisa menyandang gelar profesor.

Gelar tertinggi dalam bidang akademik. Yang diungkapnya, keadaaan dan profil kelinci belang sumatera.

Tulisannya telah ia terbitkan dalam jurnal ilmiah. “Banyak orang yang tidak tahu mengenai kelinci belang sumatera," ujar Prof Arum mengungkap latar belakangnya menulis orasi ilmiah tentang itu.

Kelinci belang sumatera atau kelinci sumatera merupakan jenis mamalia kecil endemik Indonesia yang mendiami wilayah Sumatera.

Nama lainnya kelinci telinga pendek. Merupakan satwa elusive (tidak suka menampakkan diri) dan nocturnal. Tapi, beberapa dapat dijumpai siang hari.

"Kelinci belang sumatera ini hanya ditemukan di daratan Sumatera, Indonesia. Pada wilayah hutan tropis di pegunungan Bukit Barisan," jelasnya. Kelinci ini satu-satunya spesies dari genus nesolagus.

Menurut para ahli dari Zoological Society of London, berdasarkan kriteria keunikan evolusi dan kecilnya populasi, menganggap kelinci sumatera salah satu dari 100 spesies mamalia yang berisiko besar alami kepunahan.

Dengan ukuran tubuh sekitar 40 cm, kelinci sumatera memiliki garis-garis kecokelatan. Dengan ekor berwarna merah dan bawah perutnya berwarna putih.

Kelinci belang sumatera ini memiliki berat 1,5 kg. Panjang ekornya 17 mm. Panjang tengkorak 67-74 mm, panjang kaki belakang 67-87 mm, dan panjang telinga 34-45 mm.

Telinga hitamnya sangat pendek dan bila dilipat ke depan hanya mencapai mata. Tungkainya berwarna abu-abu kecokelatan.

Ini berbeda dengan oryctolagus cuniculus, yang kadang-kadang disimpan di penangkaran di Sumatera dan berukuran serupa.

Bulu oryctolagus berwarna abu-abu polos tanpa garis dan telinga yang sedikit lebih panjang. Bulu mereka lembut dan lebat, dilapisi oleh bulu yang lebih panjang dan lebih kasar.

Perjumpaan dengan kelinci belang sumatera di wilayah Sumsel pertama kali terjadi awal 1900. Disebutkan juga bahwa kelinci belang sumatera adalah satwa yang sering dijumpai di kawasan Hutan Suaka Alam Kelompok Hutan (HSA KH) Gumai Tebing Tinggi, sekitar 1989.

"Setelah lebih dari tiga dekade berlalu, kawasan lain di Sumsel yang kemudian berhasil diidentifikasi sebagai habitat kelinci belang sumatera adalah Suaka Margasatwa (SM) Isau-Isau Gunung Raya Kabupaten OKU Selatan pada 2018," ungkapnya.

Penelurusan lebih lanjut menunjukkan hasil bahwa wilayah lain di Sumsel yang teridentifikasi juga sebagai habitat kelinci belang sumatera adalah di Gunung Dempo. Daerah-daerah tersebut merupakan dataran tinggi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan