Drop Lagi, Rusuk Patah, Tak Bisa Jalan

*Siswi SMA Korban Bullying, Diduga Saling Ejek di FB

* 2 Siswi Penganiaya Belum Ditahan

*Keluarga Terpaksa Berutang Biaya Berobat

EMPAT LAWANG – Aksi bullying di kalangan pelajar sudah menular hingga ke daerah. Tidak lagi hanya terjadi di kota. Kali ini viral lewat video berdurasi 53 detik. Pelaku dan korban ternyata asal Kabupaten Empat Lawang.

Korban, B (16), informasinya siswi kelas X SMA, warga Muara Timbuk, Kecamatan Muara Pinang. Sedangkan dua pelakunya, F, siswi kelas IX SMP dan P, siswi kelas XI SMA. Akibat kekerasan dalam aksi bullying itu, korban alami patah tulang rusuk.

Peristiwa itu ternyata terjadi Minggu (15/1) sekitar pukul 11.00 WIB. Kejadiannya di belakang ruang kelas SMPN 2 Muara Pinang. Dari video singkat itu terlihat korban ditindih dan dicekik lehernya oleh seorang pelaku. Rekannya yang berbaju hitam ikut menjambak rambut korban.

Terdengar teriakan dari pelaku agar korban segera memanggil ibunya. Korban pun terdengar hanya bisa menangis mendapatkan perlakuan dari kedua pelaku. "Hoy mainia pantau andong kaban (sekarang panggilah ibu mu)," kata salah seorang pelaku.

Korban terdengar memelas agar tidak dianiaya. "Oy jangan nian, yuk tolong yuk," ujar korban sambil meminta bantuan. Keluarga korban bersama Kepala Desa (Kades) akhirnya membawa persoalan itu ke jalur hukum. Jumat (20/1) lalu, mereka melapor ke Polres Empat Lawang.

Baca juga : Tulang Rusuk Sampai Patah, Siswi SMA Kena Bully Anak SMP dan Kakak Kelas

Paman korban, Heri menjelaskan, korban kini terbaring di tempat tidur. “Ada retak pada rusuknya, memar sekujur tubuh dan ada bekas gigitan di tangan. Untuk biaya selama ini keluarganya berutang untuk mengobati ponakan itu,” ucap Heri, paman korban.

Karena keterbatasan ekonomi pula, korban hanya dirawat di rumah. Dijelaskan Heri, informasi dari keluarga keponakannya, sejak Minggu (22/1), kondisi kesehatan siswi SMA itu terus menurun (drop). Karena itu dibawa kembali ke puskesmas  untuk dirawat inap.

Sebelumnya di rumah hanya terbaring di tempat tidur. Makan pun susah. “Saat makan muntah-muntah," ucap dia. Keluarga berharap kedua pelaku bisa diproses sesuai hukum. Ketika diajak ke Polsek untuk melapor, korban terpaksa dibopong.

Saat ini, korban sudah dua hari terbaring dan dirawat di Puskesmas Muara Pinang. “Ini sudah kali ketiga adik kami dirawat setelah dianiaya. Dia mengeluh sakit di dada, kaki dan perut. Dia trauma dan belum bisa berjalan,” kata Meka Puspita kakak kandung korban di Puskesmas Muara Pinang, kemarin (23/1). Baca juga : Cegah Bully,  Bangun Komunikasi

“Kami minta Pak Bupati, Kapolres, Kapolda, Kapolri dan Pak Presiden segera memproses penganiaya adik aku. Jangan karena kami anak yatim, miskin proses hukumnya lama dan malah tidak diproses,” cetusnya.

Kapolres Empat Lawang, AKBP Helda Prayitno melalui Plh Kasat Reskrim, Ipda Ulta Deanto mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan dari keluarga korban. "Masih proses. Saat ini Unit PPA sedang lakukan pendalaman," ujarnya.

Sejumlah saksi telah diperiksa terkait kejadian ini. "Korban juga sudah kami datangi di rumah," kata Ulta. Kasi Humas Polres Empat Lawang, AKP Hidayat menerangkan , setelah periksa saksi dan hasil visum keluar, baru akan dilakukan pemanggilan terhadap kedua terduga pelaku.

Kepala Dinas PPA Kabupaten Empat Lawang, Rita Purwaningsih sudah mengunjungi dan melihat langsung kondisi korban. Pihaknya akan melakukan pendampingan supaya korban tidak trauma dan bisa sehat serta sekolah kembali. "Kami sangat menyayangkan kejadian ini," ujar Rita. Baca juga : Ada Bansos Rp2 Juta untuk Anak SMA, Syaratnya..

Para orang tua diimbau untuk lebih mengawasi anak-anak mereka. "Kepada para guru juga kami imbau untuk mengedukasi bahaya kekerasan atau bullying. Bukan hanya korban yang terdampak, para pelajar yang jadi pelaku bisa terjerat pidana," tegasnya.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Empat Lawang, Jhon Heri mengatakan sudah mengetahui kejadian ini. OPD terkait sudah melakukan pendampingan sehingga tidak terulang kembali. "Semoga permasalahan ini cepat selesai dan tidak ada lagi bullying," tukas dia.

Kasus kekerasan terhadap pelajar di Empat Lawang bukan yang pertama. Pada 8 September 2022 lalu, dialami seorang siswa kelas IX SMP, R (15). Pelakunya, beberapa teman sekolahnya.

Kejadian itu juga terungkap setelah video aksi kekerasan itu viral di media sosial. Tampak korban digebuki, ditendang, dan dipukul menggunakan tongkat kayu oleh teman-temannya tanpa bisa melawan.

Kejadiannya di kebun karet, dekat dengan sekolah korban dan para pelaku. Terjadi saat jam istirahat. Kasus tersebut juga sudah dilaporkan orang tua korban ke Unit PPA Satreskrim Polres Empat Lawang.

Dua siswa yang diduga menjadi provokator dan pelaku utama dalam kasus penganiayaan tersebut dikeluarkan dari sekolah dan tidak diterima di sekolah mana pun di Empat Lawang. Baca juga : Bantai Korban Live di Medsos

Pada Senin, 7 November 2022, terjadi perundungan pelajar di Empat Lawang. Perkelahian melibatkan enam pelajar SMA.Viral juga di media sosial. Kejadian itu kebetulan diketahui Sekda Empat Lawang, Fauzan Khoiri yang melintas di dekat lokasi.

Tahun lalu juga, di Musi Rawas dua kasus, Lubuklinggau 1 kasus dan Ogan Ilir dua kasus. Hampir rata-rata kejadiannya di luar lingkungan dan jam sekolah.

Korban tak hanya terluka, tapi hingga kehilangan nyawa. Seperti yang dialami seorang pelajar SMP di Musi Rawas. Korban, MY (15), pelajar kelas IX SMP Negeri Cecar, warga SP 9 Kelurahan Bangun Jaya Kecamatan BTS Ulu. Sedangkan lawannya, LX alias A (14), warga  SP 8 Desa Trijaya.

Korban kolaps lalu meninggau usai berkelahi di kawasan Kelurahan Bangun Jaya (SP9), Kecamatan BTS Ulu Cecar, Selasa, 8 November 2022, sekitar pukul 14.30 WIB. Aksi perkelahian itu disaksikan rekan-rekan mereka sesama pelajar. Tak ada yang memisahkan.

Pelaku  dijerat Pasal 80 ayat (3) dan ayat (1) jo 76 C UU RI No 17/2016 tentang Perubahan Kedua UU RI No 23/2002 tentang Perlindungan Anak. Kekerasan antar pelajar di Musi Rawas bukan yang pertama. Sabtu, 5 November 2022, terjadi kekerasan di Desa Suka Mulya, Kecamatan Tuah Negeri, Kabupaten Musi Rawas, sekitar pukul 17.00 WIB.

Peristiwa tersebut bukan terjadi di lingkungan sekolah. Tapi di jalan raya. Pelakunya, BA (14), dan S (15), Desa Jaya Tunggal, Kecamatan Tuah Negeri, serta R (15), warga Dusun I, Desa Yuda Karya, Kecamatan Sukakarya, Musi Rawas. Ketiganya pelajar SMA. Sedangkan korbannya remaja AM (17) asal Desa Air Beliti, Kecamatan Tuah Negeri.

Kasus kekerasan pelajar terjadi juga di Ogan Ilir, Juli 2022 lalu. Pelaku penusukan, R (16) siswa SMK dan rekannya merupakan santri ponpes, H (16). Korbannya, Irvan (15), siswa SMPN I Muara Kuang, meninggal dunia. Kejadian pulang sekolah, depan gerbang sekolah. Baca juga : Bukan karena Janda atau Kembang Desa, Ini Alasan Suami Bisa Selingkuh

Berbagai kasus kekerasan yang dilakukan pelajar terhadap pelajar membuat Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Drs H Riza Fahlevi MM prihatin.

“Kita sangat prihatin atas terjadinya aksi kekerasan pelajar tersebut,"ujarnya, kemarin. Salah satu solusinya, sekolah dan orang tua harus bisa bekerja sama dalam pengawasan. "Sebaiknya buat kegiatan atau event yang bermanfaat bagi para siswa agar hal-hal positif  bisa tersalurkan," ucapnya.

Dengan banyaknya kegiatan positif, dapat meminalisir perbuatan yang kurang bermanfaat. Tidak melakukan hal yang di luar tujuan utama mereka sebagai seorang pelajar yang mestinya belajar dan belajar. “Bukan melakukan hal-hal yang tak sepatutnya dilakukan seorang pelajar," tegas Riza.

Dia mengimbau kepada semua sekolah dan orang tua siswa meningkatkan kolaborasi dan koordinasi. "Keberadaan anak di sekolah paling lama 8 jam. Artinya, sisa 16 jam di rumah," ucapnya.

Dengan kondisi itu, peran guru terbatas dalam pengawasan. Tidak bisa 24 jam. "Orangtuanya harus jujur menyampaikan tingkah laku anaknya ke sekolah. Nantinya, guru BK akan bisa membantu dalam melakukan bimbingan," tandasnya. (ahok/nni/*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan