Transformasi Gandeng Negara Asean
Editor: dedesumeks
|
Selasa , 25 Jul 2023 - 22:27
JAKARTA - SUMATERAEKSPRES.ID - Dalam menjalankan perannya sebagai ketua ASEAN ke-5, Pemerintah Indonesia menggandeng negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk menguatkan komitmen bersama dalam mempercepat transformasi pendidikan anak usia dini (PAUD).
“Sebagai wujud komitmen, Kemendikbudristek konsisten melakukan modifikasi kurikulum agar responsif terhadap perkembangan zaman, menyusun metode pembelajaran bervariasi, serta membuka peluang kolaborasi yang melibatkan sektor swasta," ungkap Dirjen PDM, Iwan Syahril dalam Dialog Kebijakan PAUD di ASEAN atau forum Southeast Asia Policy Dialogue on Early Childhood Care and Education (SEA PD on ECCE), di Jakarta.Dialog kebijakan ini digelar bersamaan Konferensi Internasional ke-3 tentang PAUD dan Pengasuhan Anak atau 3rd International Conference on Early Childhood Care Education and Parenting (ICECCEP). “Saya berharap konferensi hari ini menjadi kesempatan bagi negara-negara ASEAN menyatukan berbagai gagasan dengan saling berbagi praktik baik dalam penyediaan layanan PAUD yang berkualitas.
Bersama-sama kita dapat membangun masa depan yang lebih baik, dimulai dari komitmen yang lebih kuat dalam meningkatkan kualitas layanan PAUD,” sebutnya.Direktur Southeast Asia Ministers of Education Organization Regional Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP), Prof Vina Adriany menjelaskan dalam konferensi internasional dibahas 5 topik bahasan pada sesi pararel.
“Seputar Pendidikan Pengasuhan Anak Universal dan Transisi ke Pendidikan Dasar, Pengaruh Lokal & Global pada PAUD, PAUD Holistik dan Terintegrasi, Membangun Ketahanan PAUD, dan Pendidikan Pengasuhan Anak,” katanya.Di sela konferensi, Head of Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation, Eddy Henry menjelaskan perkembangan filantropi dalam mendukung PAUD. “Filantropi terkini sudah mengalami perubahan,” tegasnya. Setidaknya ada 4 perubahan strategi filantropi era dahulu dan masa kini. Pertama pemberian amal berubah fokus pada dampak. Kedua dari terfragmentasi menjadi penyelarasan untuk skala besar dan dampak jangka Panjang. Ketiga dari bekerja sendiri menjadi kolaboratif atau memobilisasi berbagai jenis pendanaan (pemerintah, organisasi filantropi, lembaga pembangunan dan sektor swasta). Keempat, dari dukungan keuangan saja menjadi pengembangan kapasitas dan bantuan teknis. (dod/fad)