Jarak Jauh-Jalan Rusak ’Pencabut Nyawa’

*Berulang, Telat Dapat Pertolongan Medis

*Bayi, Anak-Anak hingga Orang Tua Jadi Korban

SUMSEL - Duka pasangan suami istri Martadinata dan Rita jadi pelengkap kisah jarak jauh-jalan rusak ‘pencabut nyawa’ di Sumsel.

Mereka baru saja kehilangan buah hatinya, Meilani Tari Algani (4,5).

Bocah itu meregang nyawa dalam gendongan orang tuanya karena jauhnya jarak dari rumah mereka di dusun ke Puskesmas Pendopo,

Empat Lawang. Jaraknya 10 km, ditempuh dengan berjalan kaki.

Terlepas dari takdir Sang Khalik, kisah-kisah warga kehilangan nyawa karena terlambat dapat pertolongan medis di Sumsel bukan yang pertama.

Beberapa kasus pernah terjadi di Kabupaten Muratara.

Seperti yang dialami almarhumah Agustika, istri seorang Youtuber lokal Muratara. Kejadiannya, Mei 2023 lalu. Wanita itu dan bayinya sama-sama tak tertolong. BACA JUGA : Sudah 3 Kali Tinggalkan Anak

Suami dan keluarganya pada malam hari membawa almarhumah yang saat itu mau melahirkan ke Puskesmas Pauh. Masuk sebelum tengah malam, baru dirujuk subuh.

Perjalan dari Pauh ke Lubuklinggau juga tidak mulus. Ambulans Puskesmas Pauh terhenti pada titik jalan rusak.

Terbenam, tidak bisa melanjutkan perjalanan. Ibu yang mau melahirkan itu lalu dipindahkan ke mobil double gardan warga. Dibawa ke Puskemas Karang Jaya. BACA JUGA : Pasutri Jalan Kaki 10 Km ke Puskesmas Pendopo

Dari puskesmas itu, baru dirujuk ke rumah sakit. Tiba hampir jam 9 pagi. Nyawa almarhumah dan bayinya tak tertolong lagi.

Kisah lain dialami Imelda (22), warga Bingin Teluk, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Muratara. Yang harus melahirkan bayi di tengah jalan.

Tanpa didampingi petugas maupun peralatan medis, Bayi yang prematur itu meninggal sebelum sampai ke rumah sakit. Kejadiannya, Februari 2023 lalu.

Ibu yang mau melahirkan itu sempat dibawa keluarganya ke Puskesmas Bingin Teluk.

Tapi pihak puskesmas mengaku tidak sanggup menangani proses kelahiran itu. "Alasannya mereka tidak ada alat, bayinya prematur 7 bulan, jadi diarahkan langsung ke RS di Lubuklinggau.

Kami katek rujukan, juga tanpa pendampingan dari medis Puskesmas," kata Najah, keluarga pasien.

Karena itu, dengan mobil pribadi, Imelda dibawa ke Lubuklinggau. Namun 15 menit setelah perjalanan, persisnya di wilayah dekat Sungai Nilau.

Imelda melahirkan. Bayinya laki-laki. Dia lalu dibawa ke klinik bersalin di Desa Mandi Angin, Rawas Ilir.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan