Asal Usul Nama Simpang Dogan, Camat Sako Sebut Cerita Ini
PALEMBANG - Warga Kota Palembang pasti tahu dengan Simpang Dogan. Ini merupakan lokasi yang berada di Kecamatan Sako. Tepatnya di Simpang 3 Jl RH Amalludin, Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Sako.
Sesuai namanya. Di Simpang Dogan terdapat banyak penjual-penjual dogan disana. Hampir setiap sudut jalan dipenuhi dogan. Ada juga yang menyajikan dogan bakar.
Nah, ternyata nama Simpang Dogan tak diambil secara sembarangan. Menurut Camat Sako, Dr H Amiruddin Sandy SSTP MSi. yang dia ketahui dari para tetua di sana adalah jalan buntu. Baca juga : Safari Subuh Jalan, Gotong Royong Terus “Belum ada jalan menuju kantor kecamatan Sako kalau itu, maupun jalan lurus menuju pabrik Napolly. Jadi mentok sampai Simpang Dogan itu,” ceritanya. Baca juga : Sejarah Berdirinya Monpera Palembang, Banyak Koleksi Terkait Perang 5 Hari 5 Malam Disana Begitu juga, jalan menuju PDAM juga belum ada, bahkan jalan ke BLK juga putus di BLK pos polisi. “Dulu di daerah tersebut banyak pohon kelapanya," katanya. Sekitar tahun 1960-an, kawasan itu merupakan kawasan atau kompleks perusahaan minyak Stanvac. Jadi yang tinggal di kawasan tersebut rata-rata karyawan Stanvac. "Mungkin pada masanya, kawasan tersebut tempat mereka berkumpul dan melepas penat sekedar meminum dogan,” jelasnya. Pedagang kelapa muda sendiri mulai ramai sejak tahun 1984. Baca juga : Lima Rekomendasi Makan Pempek Lezat di Palembang “Selama ini mereka itu menempati sempadan jalan. Intinya mereka numpang di lahan sempadan jalan. Misalkan yang ada di depan kantor Pos, sudah dapat dipastikan menumpang di Kantor Pos. yang berjualan di depan BMKG, juga mereka menumpang lahan sempadan jalan BMKG,” kata Amir. Usaha yang mereka jalani sendiri rata-rata usaha turun temurun. “Bahkan yang asli juga masih ada di sana. Bagi kami pemerintah Kecamatan Sako, dengan dikenalnya kawasan Simpang Dogan setidaknya ikut mengenalkan Kecamatan Sako. Terpenting daerah tersebut bisa menjadi tempat destinasi kuliner termasuk air kelapa muda,” jelasnya. Baca juga : Asal-Usul Suku Anak Dalam, Versi Pemerintah Muncul karena Perang Kerajaan Jambi dan Kesultanan Palembang Salah seorang pedagang buah kelapa muda, Mas Slamet (63) mengatakan dengan menjual dogan dia bisa menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan hidupnya bersama keluarga. Umumnya, Mas Slamet menjual dogan seharga Rp8 ribu-Rp10 ribu. “Semuanya sama, tidak ada yang mahal,” kata dia. Dari hasil berjualan dogan, Mas Slamet juga bisa menyekolahkan anak-anaknya. Mencari pondok Mas Slamet sendiri terbilang mudah. Ada banner besar tertulis Pondok Dogan Pak Slamet. Duduk di pondoknya sendiri cukup sejuk. Selain atapnya terbuat dari atap daun, pepohonan besar membuat udara semakin dingin. Koran ini sendiri begitu duduk, langsung disamperi Mas Slamet.