Kodok Pasuruan
ADA Elingpiade di Kota Pasuruan. Hari Minggu lalu. Lebih dari 1.000 anak SD/SMP berkumpul di lapangan depan GOR Untung Suropati. Mereka dolanan, bermain-main gaya sebelum ada mainan modern. Saya pun lupa: pernah bisa bikin kodok-kodokan dari sarung. Waktu kecil. Saya pernah menulis tentang sarung sebagai pakaian yang paling fleksibel. Mulai bisa untuk salat, angkut kacang tanah, sampai untuk menghilangkan rasa lapar. Yakni dengan cara mengikatkan sarung ke perut. Kuat-kuat. Saya lupa menyebut bahwa sarung juga bisa jadi kodok. Elingpiade ini membuat saya eling (ingat) kemampuan lama itu: membuat sarung jadi katak. Pembukaan Elingpiade ini ditandai dengan mainan pula. Semua siswa diberi mainan ''kitiran berisik'': kincir bergagang. BACA JUGA : Pertanyakan ‘Tambahan’ THR Putaran kincir itu bisa menggerakkan pemukul gendang kecil. Menimbulkan bunyi berisik. Lebih dari 1.000 siswa yang hadir dikomando. Komando pertama: mainkan hompimpah. Komando kedua: mainkan kitiran berisik. Tidak ada pidato. Wali Kota Pasuruan Gus Ipul tidak mau pidato. Sekjen PBNU itu pilih membuka Elingpiade dengan cara ikut dolanan. Maka sang walikota, wakilnya, kepala dinas pendidikan, tim senam saya, kembali menjadi anak-anak. Maka menggemalah kalimat bersama ini: "hompimpahalaihomgambreng" disusul dengan bunyi ribuan kitiranberisik dari berbagai sudut lapangan itu. Ternyata semua menikmati permainan ini. Yang tua pun jadi sulit dikendalikan. Mereka tidak mau berhenti mengayun-ayunkan kincir berisik di tangan mereka. Maka lahirlah bunyi serentak seperti suara berjuta gareng-pung.