Intensifi kasi Pemakaian Kontrasepsi IUD Melalui Konsep Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) di Sumsel
Dani Saputra dan Rahmadewi, Peneliti Madya Pada Pusat Riset Kependudukan, BRIN--
SUMATERAEKSPRES.ID - Program Keluarga Berencana Nasional dan Pembangunan Keluarga Sejahtera merupakan upaya pokok untuk mengendalikan jumlah penduduk dan peningkatan kualitas sebagai bagian integral pembangunan kualitas sumber daya manusia, agar keluarga mampu menjadi sumber daya pembangunan.
Pembangunan pada hakekatnya haruslah berwawasan kependudukan karena yang kita bangun adalah penduduk baik sebagai subjek maupun sebagai objek.
BACA JUGA:Layanan Keluarga Berencana (KB) Gratis dalam Peringatan Hari Kartini di Prabumulih
BACA JUGA:Inilah Strategi Efektif untuk Mengajak Pria Berpartisipasi dalam Program Keluarga Berencana
Keberhasilan pembangunan kependudukan dan Program KB Nasional di Propinsi Sumatera Selatan yang dimulai pada tahun 1974 secara demografis telah dapat menurunkan laju pertumbuhan penduduk dari 3,15 % pada periode 1980-1990 menjadi 2,15 % pada periode 1990-2000, dan saat ini LPP Sumsel berhasil diturunkan menjadi 1,45 %. Sedangkan tingkat fertilitas dari 5,6 pada periode 1976-1979 menjadi 2,6 pada tahun 2017. Salah satu faktor yang menurunkan TFR adalah pemakaian kontrasepsi.
Berdasarkan Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), di Sumatera Selatan terjadi peningkatan akseptor KB yang cukup signifikan.
Sebagai gambaran, pada SDKI 1994 masyarakat yang aktif mengikuti KB sebesar 52,9 % meningkat menjadi 57,9 % pada SDKI 1997 dan meningkat menjadi 64 % pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 68 pada SDKI 2017 %.
Jika dilihat dari jenis kontrasepsi yang dipakai terjadi peningkatan pemakaian jenis kontrasepsi suntikan dari 10,9 % pada SDKI 1994 menjadi 44,1 % pada SDKI 2007 namun pada SDKI 2017 menurun menjadi 34 %. Sedangkan pada pemakaian AKDR terjadi penurunan pemakaian.
Secara nasional, angka pemakaian kontrasepsi IUD menunjukkan penurunan yaitu dari 13,3 % (SDKI 1991) menjadi 5 % (SDKI 2017). Kecenderungan yang sama juga terjadi di Sumatera Selatan, yaitu dari 18,1 % (SDKI 1991) menjadi 2 % (SDKI 2017).
Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian IUD
Banyak faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi IUD, baik dari sisi klien maupun provider.
a. Dari sisi Klien
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Sumatera Selatan pada tahun 2006 di Musi Rawas dan OKU terhadap PUS diperoleh gambaran bahwa keengganan PUS untuk memakai kontrasepsi IUD dikarenakan ada anggapan bahwa kontrasepsi IUD menakutkan dan mengerikan. Di samping itu juga mereka merasa malu apabila harus memperlihatkan alat vitalnya pada orang lain. Sementara alasan lain adalah tidak adanya dukungan dari suami ketika istrinya menginginkan memakai IUD.
b. Dari sisi provider
