Tindak Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Meningkat di Sumsel, Ini Penyebabnya
Fitriana-foto: ist-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Perempuan dan anak masih masuk kelompok rentan dalam menjadi korban kekerasan baik di lingkungan keluarga dan sosial.
Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Sumsel angka kasus kekerasan masih terbilang cukup tinggi pada Januari hingga Juli (minggu ketiga) 2025.
"Kasus Kekerasan pada Perempuan dan anak ada 891 se-Sumsel ini data dari Januari hingga sekarang (22 Juli, red)," sampai Kepala DPPPA Sumsel, Fitriana, kemarin (10/8).
Dikatakannya, jenis kekerasan yang dialami atau kasus yang terjadi pada perempuan dan anak ini beragam bentuknya baik secara fisik ataupun mental.
"Kekerasan fisik, seksual, psikis, bullying, termasuk juga kekerasan ekonomi hingga penelantaran juga masuk ke sini," ujarnya.
Dan jika dibandingkan tahun sebelumnya angkanya naik cukup signifikan, dari wawancara pada Akhir 2024 angka kasus kekerasan pada perempuan dan anak di Sumsel di angka 488 kasus.
BACA JUGA:SATU PINTU UNTUK PERLINDUNGAN: Inovasi Terpadu Pemkot Prabumulih Atasi Kekerasan Perempuan dan Anak
BACA JUGA:Medsos-Pinjol Jadi Sebab Kekerasan Perempuan dan Anak, Sepanjang 2025, Terima 3 Laporan
Menurut Fitriana semakin banyak angka kasus muncul juga dipengaruhi faktor karena di dorong kebebasan berbicara, dan media sosial.
"Banyak yang berani bicara sehingga mendorong para perempuan bicara," katanya.
Terkait kekerasan pada perempuan untuk dapat di minimalisir salah satunya dengan menjadi penting perempuan harus berdaya, baik di bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial.
"Ketika perempuan berdaya, maka insya Allah akan terbebas dari kekeraasan. Karena banyak kasus kekerasan yang terjadi karena perempuan lemah secara ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya," pungkasnya.
