Tren Hoaks 2025: Publik Dituntut Kian Cerdas Menghadapi Informasi Palsu
Tahun 2025 menandai meningkatnya ancaman hoaks di media sosial. -Foto: IST-
Tidak hanya teks, hoaks kini kerap hadir dalam bentuk visual. Foto lama atau video dari peristiwa berbeda sering diedit lalu disebarkan untuk memperkuat narasi palsu.
Pengguna internet disarankan menggunakan fitur pencarian balik gambar seperti Google Images untuk memeriksa keaslian konten visual. Langkah sederhana ini dapat mencegah publik terjebak dalam persepsi keliru.
Peran Komunitas dan Teknologi
Perlawanan terhadap hoaks tidak bisa dilakukan sendirian. Sejumlah komunitas digital seperti Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH) hingga Indonesian Hoax Buster menjadi ruang diskusi untuk berbagi klarifikasi.
“Semakin banyak yang sadar, semakin sulit hoaks berkembang,” kata seorang anggota FAFHH.
Di sisi lain, platform media sosial juga menyediakan fitur report untuk melaporkan konten palsu. Google turut melengkapi layanan pencarian dengan tombol feedback, sementara Kominfo membuka kanal aduan melalui email [email protected].
Masyarakat Anti Hoaks bahkan membangun portal data.turnbackhoax.id, yang berfungsi sebagai basis data berita palsu di Indonesia.
Tanggung Jawab Bersama
Tren hoaks 2025 menjadi alarm bagi netizen untuk lebih berhati-hati. Masyarakat diajak tidak asal klik, tidak asal sebar, dan tidak asal percaya.
Dengan membiasakan verifikasi, aktif melaporkan hoaks, serta bergabung dalam komunitas anti-hoaks, ruang digital Indonesia bisa lebih sehat.
Sebab, melawan hoaks bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama seluruh pengguna media sosial.
