Smiling Depression, Senyum Ceria yang Menutupi Luka Batin
Senyum bisa menipu. Jangan anggap semua orang baik-baik saja hanya karena mereka tersenyum. Kadang, mendengar “Kamu benar-benar baik-baik saja?” bisa menyelamatkan. Foto:Net--
- Kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu disukai.
- Rasa hampa meski kehidupan tampak sempurna di mata orang lain.
BACA JUGA:Kemerdekaan adalah Keberkahan dari Allah Swt
BACA JUGA:Bandara Internasional SMB II Berlakukan Pembayaran Parkir Non Tunai bersama BSB Cash
Dampak yang Mengancam
Smiling depression yang jarang terdeteksi berpotensi berkembang menjadi depresi berat atau bahkan pikiran untuk mengakhiri hidup.
Banyak penderita baru mencari bantuan saat kondisinya sudah kritis.
Cara Menghadapinya
Beberapa langkah bisa membantu mengurangi beban batin:
- Berani terbuka – Bercerita pada orang terpercaya adalah langkah awal penting.
- Bantuan profesional – Psikolog atau psikiater bisa memberikan terapi dan pendampingan.
- Kurangi tekanan untuk selalu sempurna – Mengakui bahwa tidak selalu kuat adalah hal yang manusiawi.
Senyuman memang indah, tetapi tidak selalu berarti kebahagiaan. Fenomena smiling depression mengingatkan kita agar tidak menilai seseorang hanya dari penampilan luar.
BACA JUGA:4 Anggota Polres Muratara Di-PTDH, Desersi hingga Terlibat Narkoba
BACA JUGA:BRI Peduli Kobarkan Semangat Kemerdekaan Lewat Program Literasi Anak Negeri di Lombok
Terkadang, pertanyaan sederhana seperti, “Kamu benar-benar baik-baik saja?” bisa menjadi langkah pertama menyelamatkan seseorang.
