Kemarau Basah Hujan di Puncak Kemarau, Sinyal Anomali Iklim yang Mengguncang
Hujan di puncak kemarau! Fenomena kemarau basah jadi bukti iklim makin sulit ditebak — berkah sekaligus tantangan bagi Indonesia. Foto:Illustrasi--
SUMATERAEKSPRES.ID - Musim kemarau di Indonesia biasanya diwarnai dengan langit biru cerah, teriknya sinar matahari, dan tanah yang mulai merekah akibat minimnya curah hujan.
Namun, tahun ini banyak wilayah justru diselimuti fenomena yang mengundang tanda tanya: kemarau basah.
Di tengah periode yang seharusnya kering, hujan turun dengan intensitas bervariasi—kadang hanya gerimis, kadang deras hingga menggenangi jalanan.
Kejadian ini bukan sekadar “cuaca iseng”, melainkan anomali yang menandakan dinamika iklim global sedang berubah.
BACA JUGA:APPI Palembang Semarakkan HUT RI ke-80 Lewat Turnamen Badminton
BACA JUGA:Bawaslu Palembang Masuk Tiga Besar Keterbukaan Informasi se-Sumsel, Melaju ke Tingkat Nasional
Apa yang Dimaksud Kemarau Basah?
Kemarau basah adalah kondisi ketika hujan tetap terjadi di tengah musim kemarau.
Fenomena ini dipengaruhi oleh pergeseran pola angin monsun dan anomali iklim global, seperti La Niña atau kenaikan suhu permukaan laut di wilayah tertentu.
Kombinasi faktor tersebut meningkatkan pembentukan uap air, yang kemudian memicu turunnya hujan meskipun kalender cuaca menunjukkan kemarau.
Mengapa Terjadi?
Pakar meteorologi mengidentifikasi beberapa pemicu utama:
- Anomali Suhu Laut – Pemanasan suhu laut memicu pembentukan awan hujan di luar musimnya.
- Perubahan Pola Angin – Angin membawa massa udara lembap dari wilayah basah ke daerah yang tengah kemarau.
- Dampak Perubahan Iklim – Pemanasan global membuat pola cuaca menjadi semakin sulit diprediksi.
BACA JUGA:FJPI Sumsel Komitmen Jadi Ruang Peningkatan Intelektual Hingga Media Advokasi Jurnalis Perempuan
BACA JUGA:Pemkab Muba Turun Tangan Mediasi Kasus Dugaan Intimidasi di RSUD Sekayu
