Sebulan Hidup Tanpa WhatsApp: Kembali ke Nokia Jadul, Ini Dampaknya ke Otak dan Sosial
Detoks digital, Hidup tanpa WhatsApp, Eksperimen teknologi 2025, Nokia jadul, Pengaruh media sosial pada otak, Komunikasi tanpa aplikasi,-Foto: IST-
SUMATERAEKSPRES.ID – Di tengah hiruk pikuk era digital 2025, seorang jurnalis teknologi, Fajar A., melakukan sebuah eksperimen ekstrem: hidup selama sebulan penuh tanpa WhatsApp.
Tanpa koneksi internet, tanpa kamera, bahkan tanpa emoji—ia hanya ditemani ponsel Nokia jadul yang hanya bisa SMS dan telepon.
Eksperimen sosial ini bukan sekadar nostalgia, tapi sebuah upaya menguji bagaimana absennya aplikasi pesan instan memengaruhi cara otak bekerja dan membentuk ulang relasi sosial di zaman hiper-terhubung ini.
Detoks Digital dan Rasa Kehilangan
Hari-hari awal jadi ujian terberat. Setiap sentuhan ke ponsel memicu refleks membuka WhatsApp—yang tentu saja tidak ada. “Rasanya seperti patah hati digital,” kata Fajar.
BACA JUGA:Bus Rombongan Umrah Alami Kecelakaan di Muba, Empat Tewas dan Puluhan Terluka
BACA JUGA:New Honda BeAT Street 2025: Gaya Urban-Adventure yang Semakin Menggoda
Psikolog klinis, dr. Anggun Raras, menjelaskan bahwa kondisi tersebut masuk akal. Otak manusia terbiasa menerima dopamin dari notifikasi.
Ketika itu hilang tiba-tiba, gejala penarikan (withdrawal) pun muncul, serupa dengan efek saat seseorang berhenti konsumsi kafein atau nikotin.
Pikiran Lebih Tenang, Tidur Lebih Nyenyak
Namun, memasuki minggu kedua, perubahan mulai terasa. Fajar mengaku lebih tenang, tidur lebih nyenyak, dan kecemasan sosial menurun karena tak lagi diburu kewajiban membalas pesan secepatnya. Tanpa suara notifikasi dan grup yang berisik, hidupnya terasa lebih sunyi—dalam arti yang baik.
BACA JUGA:Oppo K13 Turbo dan Pro Meluncur! Bertenaga Chip Flagship, Baterai Awet 5 Tahun!
BACA JUGA:Tambah Daftar Bank Bangkrut, 22 BPR di Indonesia Resmi Tutup hingga Juli 2025
Komunikasi Lebih Bermakna
Di sisi sosial, gaya komunikasi berubah. Alih-alih membalas WhatsApp, Fajar mulai rutin menelpon atau mengirim SMS singkat.
“Obrolannya jadi lebih dalam. Saya benar-benar mendengar, tanpa distraksi,” tuturnya. Ironisnya, kehilangan akses ke grup WhatsApp justru membuatnya terhindar dari drama-drama kecil yang dulu menyita energi.
Tantangan di Dunia Kerja
Bagi seorang jurnalis, kehilangan akses ke WhatsApp grup kantor adalah tantangan besar. Fajar pun beralih ke email, telepon langsung, dan bahkan tatap muka. Alhasil, ia merasa lebih disiplin dan teratur dalam merancang jadwal kerja.
