Melaju Menembus Batas, Dua Pemuda Sumsel Tempuh Touring Lintas Sumatera hingga Titik Nol Kilometer Sabang
Perjalanan epik dua pemuda Sumsel dari Palembang hingga Sabang, menembus ribuan kilometer dan menyapa kekayaan alam serta budaya Sumatera. Dari Danau Singkarak hingga Titik Nol Kilometer Indonesia. Foto:Ist/Sumateraekspres.id--
SUMATERAEKSPRES.ID – Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota, dua pemuda asal Sumatera Selatan memilih jalan berbeda untuk merayakan cinta tanah air. Mereka bukan pejabat, bukan pula tokoh nasional.
Hanya dua anak muda dengan semangat membara dan sepeda motor sebagai teman setia.
Danuman, akrab disapa Emo, warga Desa Perajen, Mariana, Banyuasin I, dan rekannya Joe Renzi dari Kampung Sukorejo, Kelurahan 8 Ilir Palembang, menorehkan kisah perjalanan inspiratif melintasi Pulau Sumatera hingga mencapai ujung barat Indonesia, Titik Nol Kilometer di Sabang.
Bermodalkan tekad kuat dan dua motor kesayangan, perjalanan mereka dimulai pada Kamis, 1 Mei, dengan mengambil rute lintas timur Sumatera.
BACA JUGA:Gaji Pas-pasan Bukan Halangan, Begini Cara Cerdas Menabung Secara Konsisten
BACA JUGA:KUR BRI Mei 2025 Tawarkan Pinjaman Modal Usaha Hingga Rp500 Juta, Cicilan Ringan dan Syarat Mudah
Start dari Palembang, keduanya melaju menuju Jambi, lalu menembus keindahan alam Bukittinggi, melewati pantai Sibolga, hingga ke Meulaboh dan Banda Aceh.
"Ini bukan sekadar touring, tapi perjalanan spiritual menyentuh batas terluar Indonesia.
Kami ingin merasakan langsung denyut kehidupan masyarakat Sumatera dan menikmati setiap jengkal keindahan negeriku," ujar Emo, yang juga anggota komunitas Vixion Lightning Family Palembang (VLF-BG).
Di tengah perjalanan panjang ribuan kilometer, mereka tak sekadar melaju. Keduanya menjadikan perjalanan ini sebagai petualangan wisata budaya dan alam.
BACA JUGA:Nokia X700 5G Smartphone Mewah ala iPhone dengan Harga Ramah Kantong
BACA JUGA:KH. Ahmad Muwafiq Hadirkan Keharuan dalam Haul Keluarga Sugeng Budiarto di Muba
Mereka berhenti dan menikmati pesona Danau Singkarak, meresapi sejarah di ikon Jam Gadang Bukittinggi, menyusuri Pantai Sibolga dan Meulaboh, hingga merasakan dinginnya angin dari Puncak Geurutee di Aceh Jaya.
Mereka juga menyempatkan diri menunaikan salat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, sebuah simbol kekuatan dan keagungan di tengah tragedi tsunami 2004, serta berziarah ke Museum Tsunami yang menyimpan jejak luka dan ketabahan masyarakat Aceh.
