AI dan Skripsi di Dunia Kampus: Boleh Digunakan, Tapi Ada Syarat Tegas!

Reporter: Novis |

Editor: Rian Sumeks |

Senin , 21 Jul 2025 - 10:31

AI dan Skripsi di Dunia Kampus: Boleh Digunakan, Tapi Ada Syarat Tegas!-Foto: IST -

Bukan hanya soal aturan, etika akademik menjadi fondasi penting. Transparansi adalah keharusan mutlak.

Jika AI digunakan dalam proses penulisan, mahasiswa harus mencantumkannya secara jelas, misalnya dalam bagian pengantar atau metode.

Menyembunyikan penggunaan AI dapat dikategorikan sebagai pelanggaran etik karena dianggap bentuk kecurangan.

Selain itu, penggunaan AI secara berlebihan juga berisiko menggerus kemampuan berpikir kritis dan orisinalitas mahasiswa. Skripsi sejatinya merupakan proses pembelajaran, bukan sekadar produk akhir.

AI Adalah Alat, Bukan Pengganti Otak Mahasiswa

Tidak sedikit mahasiswa yang tergoda menggunakan AI untuk menyusun sebagian besar isi skripsinya. Padahal, langkah itu bisa merugikan diri sendiri. Di hadapan dosen penguji, mahasiswa tetap harus mempertanggungjawabkan isi skripsi secara utuh. Tanpa penguasaan materi, sulit bagi mahasiswa untuk lolos ujian akhir.

Untuk itu, penting bagi mahasiswa menjadikan AI sebagai asisten, bukan aktor utama. Gunakan AI untuk memperbaiki kalimat, mengorganisasi data, atau mencari sumber referensi, bukan untuk menulis keseluruhan isi karya ilmiah.

Konsultasi Rutin, Kunci Penggunaan AI yang Aman

Dosen pembimbing tetap menjadi mitra utama dalam proses penyusunan skripsi. Diskusi terbuka soal batasan penggunaan AI sangat penting agar tidak terjadi penyimpangan. Dengan bimbingan yang tepat, mahasiswa bisa menggunakan AI secara etis dan tetap menjaga nilai akademik.

Kesimpulan: AI Oke, Tapi Jangan Lupakan Tanggung Jawab Akademik

Penggunaan AI dalam penulisan skripsi diperbolehkan, asalkan perannya sebatas alat bantu. Mahasiswa tetap harus menyusun karya tulis yang analitis, orisinal, dan mencerminkan kemampuan berpikir mandiri. Integritas, tanggung jawab, dan kedewasaan berpikir menjadi kunci utama dalam proses ini.

Jangan tergoda dengan kemudahan yang ditawarkan teknologi. Yang diuji bukan hanya hasil akhirnya, tetapi juga proses berpikir di balik karya tersebut.

ai dan skripsi di dunia kampus: boleh digunakan, tapi ada syarat tegas!                            sumateraekspres.id – kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (ai) kini mulai merambah ruang-ruang akademik di perguruan tinggi. 
sejak kehadiran chatgpt dan beragam platform ai lainnya, mahasiswa semakin terbiasa memanfaatkan teknologi ini dalam menyusun tugas kuliah, termasuk skripsi. 
namun, sejauh mana ai boleh digunakan dalam penulisan tugas akhir?
tidak hitam-putih, tapi penuh pertimbangan
pemanfaatan ai dalam penulisan akademik bukan persoalan sederhana. di satu sisi, teknologi ini menawarkan efisiensi dan kemudahan, seperti membantu menyusun kerangka tulisan, memperbaiki tata bahasa, hingga mencari referensi ilmiah.
baca juga:mdp fun run 2025 semakin dekat: ini jadwal lengkap pengambilan race pack yang harus kamu simpan
baca juga:pajero sport glx 4x4 mt: suv tangguh penakluk alam liar
namun di sisi lain, muncul kekhawatiran akan menurunnya kualitas orisinalitas dan kemampuan berpikir mahasiswa.
pakar pendidikan menyatakan bahwa penggunaan ai diperbolehkan, selama penggunaannya hanya sebagai alat bantu, bukan pengganti.
artinya, peran utama tetap berada di tangan mahasiswa sebagai penulis. ai tidak boleh mengambil alih proses analisis, sintesis data, maupun penyusunan argumen.
baca juga:nokia 1100 dirumorkan bangkit di 2025, padukan dna klasik dengan fitur nfc dan baterai monster
baca juga:iphone 16 dan 16 pro max meluncur juli 2025: teknologi canggih, harga lebih terjangkau
kampus punya aturan berbeda
setiap institusi pendidikan memiliki kebijakan masing-masing terkait penggunaan ai.
ada kampus yang bersikap terbuka dan mengizinkan ai digunakan secara terbatas, selama dituliskan dalam metodologi skripsi. sebaliknya, ada pula yang melarang total dengan alasan menjaga integritas akademik.
mahasiswa wajib mematuhi ketentuan resmi yang berlaku di kampus masing-masing. mengabaikan hal ini bisa berujung pada sanksi, bahkan diskualifikasi tugas akhir.
etika akademik harus dijunjung tinggi
bukan hanya soal aturan, etika akademik menjadi fondasi penting. transparansi adalah keharusan mutlak.
jika ai digunakan dalam proses penulisan, mahasiswa harus mencantumkannya secara jelas, misalnya dalam bagian pengantar atau metode.
menyembunyikan penggunaan ai dapat dikategorikan sebagai pelanggaran etik karena dianggap bentuk kecurangan.
baca juga:iphone 16 dan 16 pro max meluncur juli 2025: teknologi canggih, harga lebih terjangkau
baca juga:toyota corolla altis 2025: perpaduan elegansi, inovasi, dan efisiensi dalam satu paket
selain itu, penggunaan ai secara berlebihan juga berisiko menggerus kemampuan berpikir kritis dan orisinalitas mahasiswa. skripsi sejatinya merupakan proses pembelajaran, bukan sekadar produk akhir.
ai adalah alat, bukan pengganti otak mahasiswa
tidak sedikit mahasiswa yang tergoda menggunakan ai untuk menyusun sebagian besar isi skripsinya. padahal, langkah itu bisa merugikan diri sendiri. di hadapan dosen penguji, mahasiswa tetap harus mempertanggungjawabkan isi skripsi secara utuh. tanpa penguasaan materi, sulit bagi mahasiswa untuk lolos ujian akhir.
untuk itu, penting bagi mahasiswa menjadikan ai sebagai asisten, bukan aktor utama. gunakan ai untuk memperbaiki kalimat, mengorganisasi data, atau mencari sumber referensi, bukan untuk menulis keseluruhan isi karya ilmiah.
konsultasi rutin, kunci penggunaan ai yang aman
dosen pembimbing tetap menjadi mitra utama dalam proses penyusunan skripsi. diskusi terbuka soal batasan penggunaan ai sangat penting agar tidak terjadi penyimpangan. dengan bimbingan yang tepat, mahasiswa bisa menggunakan ai secara etis dan tetap menjaga nilai akademik.
kesimpulan: ai oke, tapi jangan lupakan tanggung jawab akademik
penggunaan ai dalam penulisan skripsi diperbolehkan, asalkan perannya sebatas alat bantu. mahasiswa tetap harus menyusun karya tulis yang analitis, orisinal, dan mencerminkan kemampuan berpikir mandiri. integritas, tanggung jawab, dan kedewasaan berpikir menjadi kunci utama dalam proses ini.
jangan tergoda dengan kemudahan yang ditawarkan teknologi. yang diuji bukan hanya hasil akhirnya, tetapi juga proses berpikir di balik karya tersebut.