Api Sumpah Pemuda Menyala di Gedung Kesenian Palembang, Kesenian Jadi Jembatan Menyatukan Generasi Bangsa

Jumat 31 Oct 2025 - 18:55 WIB
Reporter : Dudun
Editor : Irwansyah

SUMATERAEKSPRES.ID — Malam di Gedung Kesenian Palembang, Kamis (30/10), terasa istimewa. Denting musik tradisional, lantunan puisi, dan gemulai tarian menggema dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 yang berlangsung penuh khidmat dan semangat kebangsaan.

Dengan tema “Bersatu, Berkarya, dan Berbudaya,” acara ini menjadi momentum penting yang memadukan semangat nasionalisme dengan kekayaan budaya Sumatera Selatan.

Seni dan Nasionalisme Berpadu di Panggung

Sejak awal acara, suasana sudah menggetarkan. Iringan musik tradisional dan tarian kreasi membuka perayaan dengan megah, membangkitkan rasa bangga serta cinta tanah air di hati para tamu yang memadati gedung bersejarah itu.

BACA JUGA:Ditemukan Tewas Tergantung di Pohon Cokelat

BACA JUGA:Muba Hampir Pasti Juara Umum Porprov XV Sumsel 2025!

Tampak hadir perwakilan pemerintah, tokoh budaya, akademisi, hingga komunitas seni. Antara lain Septa Marus (Sekretaris Dinas Kebudayaan, mewakili Wali Kota Palembang), Kristanto Januardi (Kepala BPK Wilayah VI), Saptono (Kabid Kebudayaan Disbudpar Sumsel), M. Fahmi (Kabid Destinasi Dinas Pariwisata Palembang), serta sejumlah perwakilan lembaga dan komunitas seperti DKSS, Gong Sriwijaya, Kobar IX, Kawan Lama, dan KKP Palembang.

Dari kalangan akademisi turut hadir Dr. Hendra Sudrajat (Wakil Rektor Universitas Kader Bangsa), Lulu, M.Pd (Universitas Tridinanti), serta perwakilan HISKi Sumsel dan mahasiswa dari Universitas PGRI Palembang.

BACA JUGA:Sumsel United Tanpa Irwanto di Derby Sumsel!

BACA JUGA:Tottenham vs Chelsea, Derbi London Membara!

Puisi dan Pantun, Bahasa Seni yang Menyatukan

Acara dibuka dengan pantun kebangsaan yang menggugah semangat persatuan:

Datang berkumpul di gedung kesenian,

Suara musik berpadu nada.

Sumpah Pemuda jadi pegangan,

Satu nusa, bangsa, dan bahasa kita!

Berbagai puisi kemudian menggema di panggung. Di antara penampil, ada Vebri Alintani dan Anto Narasoma dengan karya “Sumpah Serapah,” Indah Rizki Ariani Mujyaer dengan “Guru yang Pensiun,” Dr. Hendra Sudrajat melalui “Satu Suara di Tepian Musi,” serta Salwa Safitri yang membacakan “Mati Muda” karya Soe Hoek Gie.

Kategori :