Pertama, inovasi rasa. Mereka berperang melawan stigma "makanan sehat itu hambar".
Seperti yang dilakukan salah satu pelaku usaha, yang meracik ulang resep pepes ikan. "Minyak kami hilangkan, tapi kekayaan rempah justru kami perkuat.
Hasilnya, pepes yang lezat tanpa rasa bersalah," katanya. Inilah seni menjaga cita rasa lokal dalam balutan yang lebih sehat.
BACA JUGA:Riset Terbaru: 15 Menit Jalan Pagi Bisa Pangkas Risiko Stres 30 Persen
BACA JUGA:25 Tahun Menjadi Pengrajin Kapal Telok Abang, Zakaria Raih Cuan di Momen HUT RI
Kedua, etalase digital. Instagram, TikTok, dan WhatsApp bukan lagi sekadar aplikasi, melainkan ujung tombak pemasaran.
Foto produk yang menggugah selera, video singkat proses memasak yang higienis, dan testimoni tulus dari pelanggan menjadi konten harian yang efektif menjaring pesanan.
Ketiga, merangkul komunitas. Strategi jemput bola terbukti ampuh. Beberapa UMKM aktif berkolaborasi dengan komunitas olahraga.
Mereka membuka stan di acara lari pagi, yoga bersama, atau kompetisi zumba.
Di sanalah produk mereka bertemu langsung dengan target pasarnya—orang-orang yang keringatnya belum kering, mencari asupan segar untuk memulihkan energi.
Dari Petani Lokal Hingga Kemasan Sadar Lingkungan
Denyut usaha ini tak hanya terasa di dapur, tetapi juga mengalir hingga ke para petani lokal.
Untuk menjaga kualitas premium, banyak UMKM menjalin kemitraan langsung dengan petani sayur dan buah organik di sekitar Palembang. Ini adalah simbiosis mutualisme: UMKM mendapat pasokan bahan baku segar, petani lokal pun tersenyum karena hasil panennya terserap pasar.
Bahkan, tren ini meluas hingga ke botol-botol minuman. Jamu kunyit asam yang dulu identik dengan mbok-mbok bersepeda, kini hadir dalam kemasan modern yang elegan.
Cold-pressed juice dan minuman herbal kekinian menjadi primadona baru, membuktikan bahwa kaum muda pun mau melestarikan tradisi jika disajikan dengan cara yang relevan.
Kepedulian tidak berhenti pada isi, tetapi juga pada pembungkus. Semakin banyak pelaku usaha yang beralih ke kemasan ramah lingkungan seperti kotak kertas, daun pisang, atau plastik biodegradable.
"Ini bukan cuma soal jualan, tapi bagian dari komitmen gaya hidup sehat yang selaras dengan alam," ujar Lek Mar, pemilik gerai "Sarapan di jalan Taqwa Mata Merah" yang populer dengan paket sarapan sehat seharga Rp25 ribu.