Elly Husnul Salama, Pendamping Peningkatan Ekonomi Pertanian (PPEP) di Kecamatan Mesuji, OKI
Bekerja sembari terus belajar. Belajar langsung dipraktikkan di lapangan sembari berbagi ilmu dengan petani. Inilah yang dilakukan setiap harinya oleh Elly Husnul Salama (33).
KHOIRUNNISAK -OKI
HAMPARAN kebun cabai merah menyejukkan mata. Pemandangan inilah yang setiap harinya menjadi santapan Elly Husnul Salama (33) sebagai pengamat organisme tanaman. Dirinya dikontrak sejak 2020 lalu.
Dikatakan Elly, sebenarnya di wilayahnya meliputi 17 desa. Dua desa ada lahan pertanian berada di Sungai Sodong dan Pagar Dewa. Sementara desa lainnya menanam tanaman hortikultura seperti cabai, terong, kacang, tomat dan aneka sayuran lainnya. ‘’Jadi saya biasanya setiap hari mengunjungi satu desa untuk memantau perkembangan tanaman," terangnya.
Seperti di Desa Sido Basuki, Suka Mukti, Pagar Dewa, dan Desa Pematang Kasih. Lahan seluas satu hektare lebih akan ditanam cabai keriting. Sekarang sedang dilakukan pengolahan lahan. ‘’Saya sangat senang di sini, karena sudah banyak warga yang melakukan program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP),’’ ujarnya.
Dikatakannya, meski di sini belum mendapat bantuan bibit dari program GSMP tapi warga sudah banyak yang memanfaatkan pekarangan rumah. ‘’Mereka menanam cabai rawit dan jenis tanaman lainnya,’’ katanya.
Untuk penyakit yang banyak menyerang tanaman cabai ini seperti antraknosa atau bercak hitam bulat yang terlihat pada cabai. Ada juga layu bakteri yang disebabkan jamur serta ada pula virus keriting daun yang memengaruhi produksi cabai.
Dikatakan, untuk mengantisipasi serangan hama tanaman cabai tersebut, lanjutnya, petani harus menerapkan teknik budidaya lebih awal. ‘’Mulai dari pemilihan bibit yang bagus, diberikan perlakuan pengisian. Kalau sudah disemai usahakan tidak sakit, pembersihan lahan menggunakan mulsa,’’ ujar alumni Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jurusan Hama Penyakit Tanaman ini.
Elly mengaku bersyukur, petani di wilayah binaannya sudah banyak yang mengerti. ‘’Karena dari teknik budidaya yang diterapkan sudah bisa menghindari serangan penyakit dan berhasil panen banyak,"imbuhnya.
Kalau ini diterapkan maka ada yang bisa panen hingga lima kali, tapi ada juga yang hanya panen dua kali karena teknik budidaya yang diterapkan belum maksimal. Petani di sini juga mulai banyak menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang kotoran burung walet, kotoran kambing yang diolah sendiri. ‘’Ini bagus sekali dan memang sangat diharapkan petani menggunakan pupuk organik,"harapnya.
Untuk mengajak petani beralih ke pupuk organik harus dilakukan pendekatan dengan cara tersendiri. ‘’Yakni cara penyampaian tidak boleh mengajari atau menggurui sehingga mereka merasa dihargai dan mau berbagi ilmu,’’ ujarnya.
Seperti program GSMP mereka ada yang berhasil panen hingga 5 kg cabai rawit. Mereka bisa menjual untuk menambah membeli kebutuhan lainnya.
Harapannya ke depan sebagai pendamping dirinya ingin masyarakat menggalakkan GSMP. Mereka tidak hanya menjadi petani tapi juga memanfaatkan pekarangan ataupun lahan sempit menanam tanaman holtikultura sehingga jadi petani mandiri.
Satu pengalaman yang tidak terlupakan yakni dari awal pertama terjung ke lapangan tepatnya ke Sungai Sodong, dirinya melihat banyak sawah petani diserang hama tikus dan boleh dikatakan banyak lahan tidak bisa di panen. ‘’Setelah kami disini melakukan pendampingan dan memberikan sosialisasi seputar pengendalian hama dan langsung diterapkan di lapangan. Alhasil hama tikus bisa hilang dan panen berhasil,’’ katanya. (*/)