Susah Cari Street Food, Azan Hp Patokan Waktu Salat 

Kamis 06 Apr 2023 - 00:02 WIB
Reporter : Edi Purnomo
Editor : Edi Purnomo

*Wong Sumsel yang Ramadan di Luar Negeri (8) Jalani bulan suci puasa di luar negeri jadi pengalaman berharga Muhammad Syahroyni. Meski pertama kali, tapi dia tak sendiri. Tapi sudah bersama istri tercintanya, Fathia Yoshianna Sasmitaningtyas. Keduanya kini sama-sama kerja dan bermukim di Tokyo. 

Saat membincangi Roy, waktu Tokyo pukul 14.00. Dua jam lebih cepat dari Palembang. Kebetulan punya waktu santai dari pekerjaannya sebagai Senior Software Development Engineer (iOS) DANA Indonesia.

“Saya sekarang kerja di DANA, tapi remote dari Jepang,” ungkapnya. Syahroyni sendiri lulusan Universitas Sriwijaya (Unsri) Angkatan 2011. Tepatnya Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer.

Sejak kuliah, dia sudah tinggal bersama sang kakek, H Sumarno Ahmad Jamil LC, di Jl Bukit Baru, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang.  Begitu tamat, Syahroyni pun bekerja di DANA Indonesia. “Sekarang masih kerja di DANA, di kantor Jakarta. Tapi awal tahun kemarin, request ke kantor untuk diperbolehkan WFH dari Jepang,” jelasnya.

BACA JUGA : Cara Buat Desain Interior Minimalis yang Indah Buat Rumah Kamu Sang istri yang asal Jakarta juga kebetulan kerja di Jepang, setelah menamatkan S1-nya.  Kantor istrinya itu sekitar 40 menit dari apartemen tempat mereka tinggal saat ini. Mereka bertemu ketika Syahroyni sudah bekerja di Jakarta. Pada saat itu, sang istri kebetulan sedang pulang ke Indonesia.

Keduanya akhirnya menikah pada 20 Maret 2022. “Jadi ini puasa pertama bagi saya, juga berdua dengan istri. Tapi kalau istri, ini sudah Ramadan kesembilan di Jepang,” beber pria kelahiran Berastagi, Sumatera Utama, 25 Desember 1994 ini.

Sekarang Tokyo sedang musim semi.  Waktu puasanya relatif sama dengan Indonesia. Lamanya kurang lebih 14 jam. “Tapi karena di sini kami tinggal di tempat yang tidak banyak orang muslimnya, jadi tidak kelihatan suasana Ramadannya,” bebernya.

Kurma gampang didapatkan

Dia bersyukur untuk buah kurma cukup gampang didapatkan. ”Sudah kangen pempek sebetulnya.  Kita biasanya berbuka pakai kurma.  Suka buat makanan-makanan manis Indonesia sendiri, seperti bubur sumsum dan bubur cendil,” tuturnya.

Sedangkan persediaan makanan sudah menyiapkan stok dari  sebelum puasa. Misalnya, pesan daging ke supplier daging halal di Tokyo. “Untuk sahur kita masak sendiri. Biasanya buat Nikujaga atau kari. Nikujaga ini olahan daging sama kentang plus wortel yang dibuat manis. Mungkin kalau di Indonesia mirip masakan semur,” beber Syahroyni.

Ada beberapa bumbu masakan Indonesia yang selalu kita bawa dari Indonesia. Biasanya dibeli ketika pulang ke Tanah Air. Seperti sambal-sambal khas dan bumbu pecel siap saji. “Jadi kalau mau buat ketoprak atau gado-gado jadi lebih gampang,” jelasnya.

Tags :
Kategori :

Terkait