Ketika Sekolah Dasar, aku dan teman-teman seringkali mengolok-olok salah satu guru kami dengan aranan "Ibuk Sepatu Lobok" karena Beliau acap kali terlihat mengenakan sepatu yang kebesaran. Panggilan ini hanya ada di antara kami. Secara masih anak-anak, belum terdampak dosa, kan?
Sekarang aku sudah insaf. Aku juga guru. Jangan-jangan banyak juga yang lupa namaku. Yang mereka ingat mungkin mata kuliah yang aku ampu. "Eh, itu ada ibu bahasa, hhhhhh". Atau mungkin mereka punya lebel tersendiri saat menyebut nama di belakangku.Suatu pagi ketika hendak ke kampus, aku pernah memakai sepatu lobok juga. Seharian terasa tersiksa. Tidak nyaman karena kebesaran. Sebenarnya sewaktu membeli aku juga merasa aneh. Kenapa naik satu nomor, ya? Satu hari sebelumnya, sepatuku yang hanya satu-satunya sudah waktunya pensiun. Sementara besok paginya ada jadwal ke kampus. Terpaksa malamnya aku muter-muter mencari model sepatu yang cocok dan nyaman. Padahal sepanjang mengenal dunia, aku terbilang sangat jarang berbelanja di kala malam. BACA JUGA : Mendidik Kejujuran dan Muraqabatullah
Konon, kata ahli persepatuan, sebaiknya membeli sepatu saat sore atau malam hari karena kaki kita cenderung membesar. Jadi, kaki kita lebih nyaman saat mengenakan sepatu di pagi, siang, hingga sore hari karena tidak terlalu ketat.Boleh-boleh saja kita tidak sepakat dengan pendapat ahli di atas, kan? Karena menurutku, ilmu itu nisbi, kecuali yang telah termaktub di kitab suci. Secara umum, aktivitas terbanyak memakai sepatu itu pagi hingga siang hari. Anak-anak bersekolah dan orang-orang yang bekerja umumnya mulai pagi hingga sore tiba, kecuali yang bekerja di kota metropolis. Kadang mereka baru sampai di rumah saat langit berselimut pekat.
Kategori :