Sementara itu, Ali Kartili, Manager Operasional PT SEG, menjelaskan bahwa instalasi panel PLTS 2 MW Jakabaring dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektar dengan konsep green energy.
Pembangunan PLTS ini dilakukan bekerjasama dengan Sharp sebagai bagian dari legacy Asian Games 2018.
"PLTS ini dapat menghasilkan listrik hingga 2 MW atau setara dengan 2.000 KWh per tahun," katanya.
Ali juga menjelaskan bahwa produksi listrik tertinggi yang pernah dihasilkan mencapai 180 KWh per bulan, sedangkan terendah sekitar 100 KWh per bulan.
BACA JUGA:Mahasiswa UIN Raden Fatah Berbagi Ilmu di Yayasan Nurul Amal
BACA JUGA:Resep Gulai Cumi-Cumi Bunting Tinggi Protein, Pilihan Istimewa untuk Keluarga Tercinta di Rumah
Penurunan produksi ini biasanya terjadi pada bulan Februari akibat puncak musim penghujan.
"Listrik yang dihasilkan akan dijual ke PLN dengan harga Rp 889 per KWh, yang akan mendatangkan pendapatan sekitar Rp 120-130 juta per bulan untuk SEG," jelas Ali.
Keunggulan utama dari PLTS Jakabaring adalah biaya pemeliharaan yang rendah, yang hanya mencakup pembersihan panel dan pemangkasan rumput di sekitar panel surya.
BACA JUGA:Sumsel Berawan Tebal, BMKG Prediksi Hujan Petir Sore dan Malam Kamis 12 Desember 2024
Selain itu, karena menggunakan energi bersih, PLTS ini tidak menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan.
"PLTS ini memiliki dampak positif terhadap ekosistem dan sangat mendukung pencapaian energi ramah lingkungan," tambah Ali.
Namun, di balik keuntungan ekologis, PLTS juga menghadapi beberapa tantangan. Investasi awal untuk membangun pembangkit energi terbarukan seperti PLTS cukup tinggi.
"Modal untuk pembangunan EBT per MegaWatt bisa mencapai 1 juta USD. Untuk PLTS Jakabaring ini, total modal yang dibutuhkan sekitar Rp 28 miliar.
Secara ekonomi, ini belum menguntungkan karena waktu pengembalian investasi bisa mencapai 17 tahun," ungkap Ali.