“Semoga setelah mengikuti lokakarya ini, para kader dapat lebih siap dalam menghadapi dan menangani kasus gizi buruk, gizi kurang, dan stunting,” tambah drg Dini.
Menurut petugas gizi Puskesmas 11 Ilir, Azizah, selama tiga hingga empat tahun terakhir, tidak ditemukan kasus gizi buruk di wilayah kerjanya.
Kasus terakhir gizi buruk terjadi pada tahun 2020, dengan satu anak yang dirujuk ke RSUD Palembang Bari untuk mendapatkan perawatan intensif.
BACA JUGA:Lissa Targetkan Naik Podium di Musi Run V 2024
BACA JUGA:TPP Oktober Sudah Dibayarkan, TPP November Segera Cair, Kata Kepala BPKAD OKI
“Alhamdulillah, sejak 2020, kami tidak menemukan lagi kasus gizi buruk. Namun, ada beberapa anak yang mengalami gizi kurang, meskipun prevalensinya sangat rendah, kurang dari tujuh persen.
Untuk stunting, meskipun jumlahnya lebih sedikit, ada tiga kasus dalam dua bulan terakhir yang kini tengah ditangani dengan serius oleh Puskesmas dan Posyandu,” jelas Azizah.
BACA JUGA:Jembatan Ampera Ikon Kota Palembang dengan Anggaran Pembangunan USD 4,5 Juta
BACA JUGA:Ingin Perjalananmu Aman dan Nyaman? Ini Aksesoris Mobil yang Harus Kamu Pasang!
Puskesmas 11 Ilir berharap agar tidak ada lagi kasus gizi buruk, gizi kurang, atau stunting di masa depan.
Dengan kolaborasi yang kuat antara Puskesmas, Posyandu, dan masyarakat, diharapkan masalah gizi di kalangan balita dapat ditekan seminimal mungkin.