5. Sejarah (7,5%)
6. Bahasa Inggris (6,8%)
7. Media Massa (6,3%)
8. Fisika (6,2%)
9. Seni Komersial dan Desain Grafis (6,2%)
10. Sosiologi (5,5%)
Khusus untuk jurusan seperti Teknik Dirgantara, lapangan pekerjaan yang terbatas pada industri tertentu menjadi tantangan utama.
Di sisi lain, jurusan seperti Seni Rupa dan Desain Grafis sering kali menghasilkan lulusan yang bekerja sebagai freelancer, sehingga tidak tercatat dalam lapangan kerja formal.
Tingginya angka pengangguran dari jurusan-jurusan ini disebabkan oleh beberapa faktor:
Pertama, Keterbatasan lapangan kerja – Beberapa bidang seperti seni dan sejarah memiliki peluang kerja yang sangat spesifik.
Kedua, Persaingan yang ketat – Jumlah lulusan yang besar menyebabkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin tinggi.
Ketiga, ketidaksesuaian keterampilan – Banyak lulusan tidak memiliki keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh pasar kerja.
Adapun solusi agar tidak terjebak dalam jurusan dengan prospek kerja minim, calon mahasiswa perlu melakukan riset mendalam tentang prospek karier.
Mengasah keterampilan tambahan, seperti kemampuan digital dan komunikasi, juga penting untuk meningkatkan daya saing di dunia kerja.
Dapat di simpulkan memilih jurusan kuliah harus dilakukan dengan mempertimbangkan prospek kerja jangka panjang.
Dengan memahami tren pasar kerja dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri, mahasiswa dapat menghindari jurusan yang berisiko tinggi menghasilkan pengangguran.