JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID – Bank Indonesia terus mengoptimalkan instrumen moneter pro-market untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dan mencapai target inflasi.
Langkah ini dilakukan melalui upaya pendalaman pasar uang, pasar valas, serta mendorong arus masuk modal asing ke Indonesia.
Hingga 18 November 2024, posisi Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Surat Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Surat Utang Valas Bank Indonesia (SUVBI) masing-masing tercatat sebesar Rp968,82 triliun, 3,39 miliar dolar AS, dan 387 juta dolar AS.
Kebijakan ini berdampak positif pada aliran modal asing ke dalam negeri, di mana kepemilikan nonresiden dalam SRBI mencapai Rp250,18 triliun, atau 25,8% dari total outstanding.
BACA JUGA:Kapolda Sumsel Andi Rian Atensi Penebalan Pengamanan Pilkada di Tingkat PPK, Ada ’Aroma’ Apa?
BACA JUGA:Bank Indonesia Bakal Beri Beasiswa, Ini 20 Jurusan Kuliah yang Jadi Prioritas Bank Sentral Tersebut
Selain itu, implementasi Primary Dealer (PD) sejak Mei 2024 telah meningkatkan likuiditas pasar sekunder dan aktivitas transaksi repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar.
Kebijakan ini memperkuat peran instrumen moneter dalam menjaga nilai tukar Rupiah dan mengendalikan inflasi.
Bank Indonesia juga terus berinovasi dalam memperkuat daya tarik instrumen pro-market, baik melalui peningkatan volume maupun imbal hasil, dengan didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang stabil.
Hal ini diharapkan mampu mendorong aliran modal asing yang berkelanjutan ke pasar keuangan domestik.
BACA JUGA:Inflasi IHK Oktober 2024 Terkendali, Bank Indonesia Optimis Hadapi Tantangan Ekonomi
BACA JUGA:Bank Mandiri Taspen Umumkan Pemenang Tahap Pertama Program Undian 'Kemilau Mantap Bertabur Hadiah'
Suku Bunga dan Likuiditas Terjaga Stabil
Transmisi kebijakan moneter berjalan efektif, terbukti dari pergerakan suku bunga pasar uang (IndONIA) yang stabil di sekitar level BI-Rate, yaitu 6,20% pada 19 November 2024.
Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per 15 November 2024 tercatat masing-masing sebesar 6,79%, 6,85%, dan 7,07%. Tingkat imbal hasil ini cukup menarik untuk mendukung arus masuk modal asing.
Kinerja obligasi pemerintah juga menunjukkan tren positif. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor 2 tahun dan 10 tahun meningkat menjadi masing-masing 6,44% dan 6,86% pada 19 November 2024, mengikuti kenaikan yield Obligasi Pemerintah AS (UST).