Krisis Habitat Harimau Sumatera di Sumsel, Perlu Solusi Efektif Cegah Konflik Manusia-Satwa

Kamis 14 Nov 2024 - 12:18 WIB
Reporter : Izul
Editor : Novis

        Wilayah yang paling sering terjadi konflik antara manusia dan harimau di Sumatera Selatan termasuk kawasan hutan lindung di Gunung Dempo dan sekitarnya, yang mengalami degradasi parah akibat aktivitas penambangan dan perkebunan.

Di area ini, beberapa kasus penyerangan harimau telah dilaporkan, yang sering berujung pada kerugian materi, termasuk ternak, atau bahkan korban jiwa di kalangan penduduk.

      TNKS dan TNBBS telah menjadi benteng terakhir bagi populasi harimau Sumatera. Dengan luas lebih dari 1,4 juta hektare, hutan TNKS seperti di Kabupaten Muratara, Musi Rawas dan Lubuklinggau menjadi salah satu habitat penting yang mendukung kehidupan harimau, meskipun ancaman dari perburuan liar dan konflik dengan manusia terus meningkat.

Di Bukit Barisan Selatan, harimau juga sering kali terdeteksi melalui kamera jebak yang dipasang oleh tim konservasi.

      Namun, kondisi ini membawa keprihatinan. Data terbaru menunjukkan populasi harimau Sumatera diperkirakan tinggal kurang dari 400 ekor di alam liar.

Pemerintah dan lembaga konservasi terus berupaya melakukan patroli rutin dan kampanye pelestarian di tingkat lokal untuk mencegah semakin berkurangnya populasi harimau akibat perburuan dan perambahan lahan.

        Penampakan harimau yang terus berulang menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa perlindungan habitat alam harus diprioritaskan untuk menjaga kelangsungan hidup satwa langka ini.

Selain patroli, program edukasi kepada masyarakat lokal juga menjadi kunci dalam mengurangi konflik manusia dan harimau, demi mewujudkan keseimbangan ekosistem di Sumatera Selatan.

BACA JUGA:Pamer Replika Kerangka Manusia dari Gua Harimau

BACA JUGA:Mengungkap Penyebab Matinya Rusa di Rumah Dinas Bupati. Benarkah Macan Dahan? Atau Harimau Peliharaan Warga?

         Kehadiran harimau Sumatera di wilayah konservasi Sumatera Selatan telah menarik perhatian dunia internasional.

Organisasi konservasi global seperti WWF dan Tiger Conservation Initiative (TCI) bekerja sama dengan pihak lokal untuk memantau populasi harimau dan menjaga habitat mereka. 

      Program pemasangan GPS collar untuk melacak pergerakan harimau juga menjadi salah satu langkah penting dalam memantau aktivitas mereka dan mencegah konflik dengan masyarakat sekitar hutan.

       Dengan segala tantangan yang dihadapi, keberhasilan upaya pelestarian harimau Sumatera di Sumatera Selatan akan sangat bergantung pada kesadaran bersama, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun pihak swasta, untuk menjaga dan melestarikan kekayaan alam Indonesia ini sebelum terlambat.

Kategori :