Kunci Investasi Emas dengan Disiplin Menabung

Minggu 10 Nov 2024 - 19:44 WIB
Reporter : Rendi
Editor : Edi Sumeks

SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID – Jauh sebelum maraknya instrumen investasi, emas nyatanya sudah menjadi alat tukar pertama kali (tertua) sejak 570 SM oleh bangsa Lydia, dan alat investasi modern dari abad ke-19 atau pasca penerapan sistem standar emas (sistem moneter) oleh berbagai negara. Tak sekedar itu, emas pun menjadi simbol prestise, kekayaan, hingga status sosial. 

Keuntungan menyimpan emas sangat banyak, mulai dari harganya terus meningkat, anti inflasi, lindung nilai yang efektif, sangat likuid, kualitasnya bertahan, bebas pajak, dan dapat dijangkau semua orang. Wajar jika emas kian populer di masyarakat hingga era modern saat ini, baik sebagai perhiasan maupun sarana investasi. 

Tak hanya bagi masyarakat perkotaan, tapi juga menyentuh warga pedesaan sampai pesisir sejak tempo dulu. Sebagai contoh, bagaimana tradisi masyarakat Sungsang, Banyuasin II berinvestasi emas sejak 1960 silam. Cerita Ahmad Riduan, Sungsang bisa terkenal sebagai “kampung emas” lantaran banyak warganya, khususnya kaum perempuan mengoleksi dan memakai emas perhiasan, bersuku-suku saat menghadiri pernikahan, kenduri (pesta), sedekahan, atau hari raya. Ini bahkan sudah menjadi budaya atau adat istiadat. 

“Jadi dulu, sepulang melaut berhari-hari, warga Sungsang yang mayoritas nelayan tangkap mendapatkan uang banyak hasil menjual ikan ke gudang-gudang pengepul. Karena zaman dulu belum ada bank, mereka menyimpan uang di bawah kasur,” ungkap Camat Banyuasin II ini. 

BACA JUGA:Barang Antik Lokal Semakin Diminati Kolektor, Menjadi Tren Investasi dan Pelestarian Budaya

BACA JUGA:Investasi Sumsel Rp40,44 Triliun, Periode Januari-September 2024, Didominasi PMDN

Hingga akhirnya, sekitar tahun 1960-1970 berdirilah toko emas di wilayah Sungsang. Daripada uang rusak dimakan rayap, mereka lalu memutuskan membeli emas perhiasan. “Belinya bukan per suku atau gram, tapi canting (wadah bekas cat) saking banyaknya. Tak sekedar untuk investasi, semua emas itu mereka pakai sendiri atau oleh anak-anak gadisnya. Turun temurun hingga kini,” terangnya. 

Meskipun sekarang sudah ada bank di Sungsang, tradisi ini tetap berjalan. “Nabung ya tetap, membeli emas juga,” imbuh Riduan. Alasannya, harga emas selalu naik dari waktu ke waktu. Kurniati (47), warga Desa Sungsang I mengaku menyimpan sekitar 10 suku emas yang ia beli bertahap sejak tahun 2002. Kala itu harga emas pertama cuma Rp85 ribu per gram. Setelah 22 tahun berselang, harga emas Antam saat ini (9/11/2024) menyentuh Rp1,52 juta per gram atau se-suku (6,7 gram) sudah Rp8 juta-an. 

“Ya jauh sekali naiknya. Makanya setiap ada uang selalu saya sisihkan membeli emas perhiasan. Selain untuk disimpan, juga saya pakai,” bebernya. Dikatakan, kebutuhan rumah tangga juga kadang mendesak, misalnya ketika anaknya mau masuk SMA atau kuliah dan suaminya butuh modal melaut ke Selat Bangka. 

“Biaya darurat seperti ini tak bisa dihindari, tidak ada pinjaman atau simpanan uang, emas dapat saya jual,” kata Kurniati. Kendati begitu, ia mengaku tak pernah rugi melegonya, bahkan sebaliknya untung menyimpannya puluhan tahun. Dari membeli cuma puluhan atau ratusan ribu per gram, kini naik belasan kali lipat.

 BACA JUGA: Dewa Martas Pelaku Penipuan Arisan dan Investasi Bodong, Setelah Buron Enam Tahun Kini Ditangkap

BACA JUGA:Alnaura Kembali Jadi Penghuni Lapas Perempuan Palembang, DPO Terpidana Investasi Bodong Tertangkap di Jepang

“Cuma persoalannya kalau sudah dijual, belum tentu bisa belanja perhiasan lagi. Nunggu uang cukup, ini yang kadang sulit sebab harus menyisihkan sedikit demi sedikit dari hasil suami melaut,” lanjutnya. Beruntung jika tabungan tak terpakai, kalau terpaksa digunakan ya tidak jadi investasi. 

Direktur BCA Syariah, Pranata menceritakan pada tahun 1994, harga emas masih Rp25 ribu per gram, kemudian tahun 1999 naik menjadi Rp72 ribu per gram. “Awal kerja tahun 1999 di BCA Syariah, itu gaji pertama saya Rp1,2 juta. Terus saya hitung dapat berapa gram (emas, red), dapat 17 gram kala itu. Jika di-ekuivalenkan dengan masa kini (harga emas Rp1,4 juta/gram), berarti gaji saya yang baru lulus (fresh graduate) Rp24 juta. Ternyata emas itu ya. Akhirnya sekarang, tahu gitu (investasi emas, red),” ungkapnya saat Media Gathering Investasi Emas di BCA Syariah, Pilihan Aman dan Menguntungkan, Senin (7/10/2024). 

Namun memang tak semua orang bisa menabung uang untuk membeli emas. “Paling bagus itu kita sisihkan uang, simpan. Saya kasih tips, nabung itu dipotong di depan ya, bukan sisa. Jadi kalau kita mau nabung harus disiplin, misalnya sebulan Rp2 juta. Begitu gajian potong dulu Rp2 juta, kalau dibelanjain dulu nggak akan ketemu Rp2 jutanya,” tuturnya.  

Kategori :

Terkait