Direktur Utama TJS, Kuky Permana menyebut suplai listrik bersih dari PLTS sesuai kebutuhan listrik kawasan industri Bukit Indah.
Total saat ini ada 244 pelanggan dengan beban puncak rata-rata pada hari kerja 126 MW dan hari libur atau weekend 70 MW. Pihaknya bangga bisa partisipasi pada proyek strategis yang digarap PLN ini, dalam rangka mencapai NZE 2060.
Sebelumnya, PT PLN Batam, PT PLN Nusantara Power dan PT Energi Baru TBS juga telah mengembangkan PLTS Apung Tembesi kapasitas 42 MWp di Batam untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri di Kepulauan Riau.
Pengamat Energi Terbarukan dari Universitas Sriwijaya, Prof Ir Zainuddin Nawawi PhD IPU mengatakan penggunaan PLTS atap menjadi salah satu inovasi transisi energi yang rendah karbon.
Tak hanya tugas pemerintah, perusahaan, masyarakat diajak terlibat aktif mengurangi efek rumah kaca melalui penggunaan EBT ini.
“PLTS atap sangat cocok diterapkan di rumah-rumah rakyat yang ada di perkotaan sebagai upaya mengurangi konsumsi dan beban pembangkit listrik berbahan bakar energi fosil (batubara/diesel). Penggunaan PLTS atap mengefisiensi biaya listrik rumah atau bangunan,” terang Zainuddin.
Menurutnya, masyarakat bisa memasang sendiri PLTS atap di rumahnya. Walaupun teknologinya baru bagi penduduk Indonesia, namun di kancah global penggunaan panel surya sudah cukup lama.
“Kalau investasi sebenarnya relatif, masyarakat mampu mungkin bilangnya murah.
BACA JUGA:Dukung Transisi Energi, BNI Danai Proyek PLTS
BACA JUGA:PLN Sukses Operasikan PLTS 10 MW, Tunjukkan IKN Dilayani Energi Bersih
Tapi yang tidak mampu mahal, kecuali menjadi program atau paket (bantuan, red) pemerintah,” ujarnya.
Karenanya supaya transisi energi cepat berhasil dan semua masyarakat menikmati, pemerintah perlu memberikan fasilitas atau subsidi, didukung oleh stakeholder terkait. (fad)