PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Panel surya kapasitas 25 kWp terpasang rapi di atap Kantor Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumsel.
Sejak tahun 2020 silam, PLTS atap on grid itu telah menyuplai energi bersih untuk kebutuhan kelistrikan gedung yang berlokasi di Jl Angkatan 45, Kota Palembang tersebut.
BACA JUGA:Meraih IP 300 dengan PLTS Irigasi, Transisi Energi Bersih Menuju Netral Karbon 2060
BACA JUGA:Bangun PLTS Kapasitas 300 MW, Pemprov Gandeng TBEA Co Ltd
Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) ini nyatanya memberikan banyak benefit bagi Dinas ESDM, khususnya dalam mengefisiensi tagihan listrik.
Hanya saja PLTS rooftop on grid tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus connect ke sistem kelistrikan PLN lantaran tak punya baterai untuk menyimpan energi surya.
Karena itu proses pemasangannya pun harus melalui persetujuan pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Umum (IUPTLU), dalam hal ini PLN.
Di situasi cuaca ekstrim dan krisis iklim, akibat peman asan global emisi gas rumah kaca (GRK), pemanfaatan energi bersih secara masif seperti solar cell menjadi sangat genting.
“Panel surya atap ini bantuan Pemerintah Pusat dengan anggaran Rp400 juta. Kita gunakan sebagai dukungan untuk meningkatkan bauran EBT dalam negeri dan pengurangan emisi karbon menuju net zero carbon emissions (NZE) 2060,” ujar Kepala Bidang Energi Dinas ESDM Sumsel, Dr Aryansyah ST MT, Jumat (8/11).
Di sisi lain, PLTS rooftop mampu mengefisiensi (hemat daya) konsumsi listrik hingga 60 persen. “Tanpa PLTS atap, tagihan listrik Kantor ESDM sebelumnya mencapai Rp12 juta sebulan.
Sekarang dengan kombinasi PLTS atap-listrik PLN, berkurang menjadi Rp6 juta per bulan, artinya kami bisa hemat separuhnya,” ungkapnya lagi.
Tapi memang, pada sistem on grid, penggunaan listrik dari energi surya hanya bisa pada siang hari, sementara malam hari full listrik PLN. PLTS atap on grid tidak memiliki baterai penyimpanan energi, berbeda dengan sistem off grid.
Dalam prosesnya, sel surya (fotovoltaik) menyerap cahaya matahari saat bersinar terik, lalu mengubahnya menjadi energi listrik, dan masuk ke sistem kelistrikan PLN.
Kelebihannya, PLTS atap on grid lebih terjangkau dan pemasangannya mudah. “Kalau PLTS atap off grid, itu kan berbaterai, bisa full pakai tenaga surya.
Cuma harganya mahal, baterainya saja lebih dari separuh dari harga solar cell. Misalnya PLTS atap kami, jika berbaterai mungkin harganya jadi Rp1 miliar lebih” lanjutnya.