Degradasi Hutan Sungai Manna Picu Banjir Bandang, Infrastruktur dan Kehidupan Warga Terancam

Rabu 02 Oct 2024 - 19:52 WIB
Reporter : Agustriawan
Editor : Edi Sumeks

Lahat, SUMATERAEKSPRES.ID - Bancana banjir dan longsor di Kabupaten Lahat, hampir setiap tahun terjadi. Beberapa hari lalu, banjir bandang terjadi di Sungai Manna Tanjung Sakti Pumu. Menyebabkan satu warga hanyut dan beberapa infrastruktur mengalami kerusakan. 

Pihak UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah XI Kikim Pasemah saat diwawancarai Sumatera Ekspres, menjelaskan beberapa hal.

Kepala UPTD KPH Wilayah XI Kikim Pasemah, Wayu Pamungkas S.Hut M.Ap mengungkapkan, dari analisa yang dilakukan bahwa kualitas tutupan hutan di hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) Manna dalam kondisi yang tidak baik. Untuk kawasan hutannya yakni Kawasan Hutan Lindung Bukit Dingin.

"Kondisi hutan yang tidak baik ini didorong oleh perambahan hutan. Dari yang awalnya hutan, saat ini sebagian menjadi areal perkebunan. Atau tutupan lahan di kawasan tersebut didominasi oleh lahan perkebunan," ujar Kepala UPTD KPH Wilayah XI Kikim Pasemah, Wayu Pamungkas S.Hut M.Ap, Rabu (2/10).

Lanjutnya, hal ini menyebabkan berkurangnya kemampuan hutan untuk mengatur tata air. Kemudian berpengaruh pada tingginya laju runoff (aliran permukaan) yang mengalir dari hulu menuju badan sungai. Sehingga meningkatkan risiko banjir bandang dan longsor. 

BACA JUGA:Inovasi dalam Pasar Uang, Central Counterparty Siap Perkuat Infrastruktur Keuangan Indonesia

BACA JUGA:Urgensi Kepemimpinan Daerah dalam Mengatasi Kerusakan Infrastruktur di Tangga Buntung, Palembang

Rehabilitasi hutan diperlukan melalui kegiatan seperti penanaman pohon dan pembangunan konservasi tanah dan air. 

"Untuk wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) Manna, kewenangan anggaran dan pelaksanaan program rehabilitasi hutan berada di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ketahun. UPTD KPH Wilayah XI telah menyampaikan permohonan secara resmi ke Direktorat Jenderal PDAS KLHK untuk merencanakan kegiatan rehabilitasi hutan di DAS Manna," tambahnya.

Namun sampai saat ini Dirjen PDAS KLHK melalui UPT BPDAS Ketahun belum dapat memenuhi permohonan tersebut. "Masalah ini juga berdampak pada masyarakat sekitar, yang harus menghadapi risiko banjir dan longsor akibat degradasi fungsi hutan dalam menjaga keseimbangan air," imbuhnya.

Tahun ini, Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel akan mengalokasikan bibit tanaman produktif untuk bahan penanaman pada lahan kritis di luar kawasan hutan negara di wilayah Tanjung Sakti sesuai kewenangan yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan.

Sementara itu Kepala Pelaksana Harian BPBD Lahat H Ali Afandi mengungkapkan bahwa akibat banjir bandang di Sungai Manna, satu korban hanyut, saat berada di pondok kebun pinggir di pinggir sungai. Yakni Heri Supriyanto (45), warga Desa Kemelak, Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Baturaja, dilaporkan hanyut terbawa arus Sungai Manna di Desa Genting, Kecamatan Tanjung Sakti Pumu, Kabupaten Lahat, Minggu (29/9). Hingga kini, korban belum ditemukan.

BACA JUGA:Utamakan Pembangunan Infrastruktur Desa, Desa Senawar Jaya

BACA JUGA:Prioritas Rodi Wijaya untuk Lubuklinggau: Kota Bebas Banjir dan Infrastruktur Modern

Selain itu, dari laporan Pemerintah Desa Batu Rancing bahwa bencana banjir juga melanda Desa Batu Rancing, Kecamatan Tanjung Sakti PUMU, Sumatera Selatan. Menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur desa. Warga setempat melaporkan bahwa jembatan utama yang menghubungkan desa dengan area pertanian mengalami kerusakan parah, sehingga tak bisa lagi dilalui. Selain itu, sistem distribusi air bersih (PAM) juga rusak, mengakibatkan krisis air bersih bagi penduduk setempat.

Kategori :