SUMATERAEKSPRES.ID - Dalam sebuah hadits yang sangat viral (terkenal) dan kualifikasi (derajat) haditsnya adalah shahih. Rasulullah Saw., bersabda bahwa ternyata bukan golongan para ulama, golongan pertama yang bakal mendapat jaminan perlindungan Allah kelak di hari kiamat. Justru golongan pertama yang dijanjikan bakal mendapatkan perlindungan dan naungan dari Allah kelak adalah pemimpin yang adil.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Ra.: Ada tujuh orang yang dinaungi oleh Allah Swt., dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan melainkan naungan- Nya, yaitu seorang imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dengan beribadah kepada Allah, seorang lelaki yang hatinya terpaut dan beribadah pada masjid-masjid, dan dua orang laki-laki. Yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul di atasnya dan berpisah di atasnya, dan seorang laki-laki diundang oleh seorang wanita yang berpangkat dan cantik dan dia berkata: Aku bertakwa kepada Allah, dan seorang laki-laki Dia bersedekah dan menyembunyikannya sehingga kirinya tangan kanannya tidak mengetahui apa yang dibelanjakan tangan kanannya. Dan seorang laki-laki berdzikir (menyebut) Tuhan secara sembunyi-sembunyi (hening), sehingga berlinang airmata berkaca-kaca.(HR. Bukhari-)
Mengapa dan apa alasannya bahwa pemimpin adil itu mendapatkan kedudukan istimewa sehingga Rasulullah Saw., mengucapkannya terlebih dahulu, paling pertama dan utama? Tentu hal ini menjadi isyarat bahwa pemimpin adil dalam menjalankan kepemimpinannya akan berusaha mewujudkan dan menghadirkan rasa keadilan pada semua level kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemimpin yang adil akan lebih menjamin ketenteraman dalam masyarakat dibandingkan pemimpin yang tidak adil atau dzalim.
Banyak tokoh pemimpin yang datang dari berbagai kalangan dan dari belahan dunia bahkan penjuru dunia yang paling jauh, datang lalu menjadi pemimpin yang kehilangan legitimasinya bahkan jatuh karena tidak mampu menghadirkan ketidakadilan di masyarakat. Pemimpin yang tidak adil akan berpotensi menimbulkan ketidakpatuhan rakyatnya, masa bodoh terhadap kebijakannya, bahkan melawan, sehingga melahirkan ketidakpatuhan dan instabilitas.
BACA JUGA:Guru Sejahtera, Indonesia Berdaya
BACA JUGA:Sumber Energi yang Terabaikan atau Bom Waktu Lingkungan?
Oleh sebab itu satu kata kunci untuk meraih kemuliaan yang dijanjikan Allah kepada para pemimpin, yaitu berlaku adillah. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat pada ketakwaan kepada Allah Swt. (QS. Al-Maidah: 8)
Dengan tegas, Allah menyebutkan bahwa berlaku adil sangat dekat dengan ketakwaan kepada-Nya. Tentu bukanlah tipe orang bertakwa apabila tidak bisa bersikap adil dan tidak mampu memberikan rasa keadilan kepada mnasyarakat. Tentu harus diingat, bukan hanya mereka yang diberikan amanah sebagai pemimpin struktural dan kultural serta menjadi pemimpin lembaga pemerintahan dari mulai presiden sampai kepada RT saja, akan tetapi pada hakikatnya bahwa setiap kita juga adalah pemimpin. Tentu dan pasti setiap pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah kelak.
Kita perhatikan dengan seksama sabda Rasulullah Saw., dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar: Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang Amir adalah pemimpin. Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. (HR. Bukhari dari Abdullah bin Umar)
Mempertegas makna hadits tersebut, bahwa dalam scope terkecil yakni dalam lingkungan keluarga, maka pasti suami adalah pemimpinnya. Maka salah satu konsep menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah adalah suami tersebut harus berlaku adil dan perilaku adil tersebut dirasakan oleh semua yang ada dalam rumah tangga tersebut, bahkan pembantu rumah tangga pun merasakan nilai-nilai keadilan dalam rumah tangga tersebut, sehingga rumah tangga tersebut menjadi harmoni dan bahagia. Jangan sampai dalam rumah tangga tersebut muncul stigma bahwa sang pemimpin keluarga telah pilih kasih, dengan demikian ia telah melakukan diskriminasi kepada yang lain.
BACA JUGA: Pentingnya Hari Statistik Nasional dalam Pembangunan Indonesia
BACA JUGA:Ekosistem Mangrove, Wisata Edukasi yang Menjanjikan di Sumatera Selatan
Dalam melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan yang adil, tidak boleh membenci salah satu bagian dari kelompok masyarakat dan menyayangi sebagian kelompok lain lagi. Memegang prinsip keadilan yang paripurna adalah seimbang, sehingga tidak ada kelompok lain merasa tersakiti dan terdzalimi.
Untuk menerapkan prinsip-prinsip keadilan di masyarakat sehingga sang pemimpin dicintai rakyatnya, ada baiknya kita simak pesan Rasulullah Saw, Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah manakala ada orang yang terpandang (terhormat) dari mereka mencuri, maka merekapun membiarkannya. Namun jika ada orang yang lemah dan hina di antara mereka ketahuan mencuri, maka dengan segera mereka melaksanakan hukuman atasnya. (HR.Bukhari dari Aisyah)
Menjadi pemimpin yang adil tidaklah mudah, karena tantangannya sangat luar biasa beratnya, baik tantangan dari dalam diri sendiri, keluarga, bahkan tantangan dari kelompok masyarakat. Namun, jangan mengalah, justeru dari situlah mulai bersemangat dengan memulai niat diri untuk menjadi manusia yang adil dan mampu menghadirkannnya dalam semua lapisan masyarakat. Pasti ia akan dilindungi, dinaungi serta menjadi golongan manusia mulia dengan varian tertinggi dibandingkan dengan kelompok atau golongan yang lain. Semoga Allah Swt., menganugerahkan perlindungan kepada setiap pemimpin yang bisa menegakkan keadilan dengan baik. Kelak diakhirat, dimana tidak ada perlindungan selain lindungan Allah Swtt., para pemimpin yang adil akan mendapatkan tempat yang terhormat dan termulia disisi Allah Swt. Aamiin. (*)