SUMATERAEKSPRES.ID - Kerajaan Sriwijaya, salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, dikenal karena kekuatan maritimnya yang mengendalikan perdagangan internasional.
Didirikan pada abad ke-6 Masehi, pusat kekuasaannya berada di Palembang, Sumatera Selatan, dan didirikan oleh Dapunta Hiyang.
Sriwijaya menggantikan Kerajaan Sribhoja, atau dalam catatan Tiongkok dikenal sebagai San-fo-Ts'i.
Awalnya, Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha, tetapi hubungan dagang dengan para pedagang Arab membawa pengaruh baru.
Sriwijaya kemudian menjadi salah satu kerajaan penting yang mempopulerkan agama Islam di Nusantara.
BACA JUGA:Peran Kerajaan Sriwijaya dalam Perdagangan dan Penyebaran Agama Buddha di Asia Tenggara
BACA JUGA:Bukit Siguntang: Petilasan Kerajaan Sriwijaya yang Mengikat Sumpah Kesultanan Palembang Darussalam
Raja kedua Sriwijaya, Sri Indrawarman, tercatat pernah berkomunikasi dengan Khalifah Muawiyah dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk meminta ulama datang ke Nusantara.
Dalam suratnya, Sri Indrawarman menyatakan bahwa ia sudah memeluk Islam dan membutuhkan bantuan ulama untuk menyebarkan ajaran Islam di kerajaannya.
Peran ulama yang datang ke Sriwijaya tidak hanya memperkuat pengaruh Islam di wilayah tersebut tetapi juga menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan besar di luar Nusantara, seperti India, Tiongkok, dan Arab.
BACA JUGA:Suku Komering, Kearifan Budaya dan Sejarah di Aliran Sungai Sumsel
Wilayah kekuasaan Sriwijaya sangat luas, meliputi Sumatera, sebagian Jawa, Semenanjung Malaya, hingga Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Bahkan, kerajaan ini turut berperan dalam pembangunan berbagai candi di India, Jawa, dan Thailand.
Salah satu warisan Sriwijaya adalah dinasti Sailendra yang membangun Candi Borobudur di Jawa.