KAYUAGUNG, SUMATERAEKSPRES.ID – Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), yang dikenal sebagai Bumi Bende Seguguk, akan segera merayakan hari jadinya yang ke-80 pada 11 Oktober mendatang.
Kabupaten yang terdiri dari 18 kecamatan, 314 desa, dan 13 kelurahan ini terus berkembang pesat dalam berbagai aspek, baik infrastruktur maupun perekonomian.
Sebagai pusat pemerintahan, Kecamatan Kayuagung menjadi lokasi strategis dengan banyaknya kantor pemerintahan dan pusat ekonomi.
Selain itu, wilayah Kecamatan Lempuing, terutama Desa Tugumulyo, juga berkembang sebagai pusat ekonomi yang ramai, sebanding dengan Kayuagung.
Keberadaan Tol Kayuagung–Palembang–Betung turut mempercepat akses menuju ibukota Provinsi Sumatera Selatan.
BACA JUGA:Ciri-Ciri Orang yang Doanya Mustajab dan Disukai Allah SWT
Begitu juga dengan akses tol Terbanggi Besar–Pematang Panggang di Kayuagung yang memudahkan perjalanan dari Sumatera menuju Pulau Jawa.
Infrastruktur tol ini menjadi faktor penting dalam mendorong modernisasi dan pertumbuhan ekonomi di salah satu kabupaten terbesar di Sumatera Selatan.
Wilayah OKI yang sebagian besar berupa dataran rendah dan rawa kaya akan sumber daya alam. Banyak perkebunan besar, terutama sawit dan karet, dikelola oleh perusahaan-perusahaan terkemuka.
Di bidang pertanian, OKI juga menjadi lumbung pangan di Sumatera Selatan, dengan penerapan teknologi pertanian modern, termasuk sistem irigasi intensif yang sudah mencapai IP 300.
Namun, bagaimana sebenarnya asal-usul Kabupaten Ogan Komering Ilir? Sejarahnya bermula pada era penjajahan Belanda, di mana OKI termasuk dalam wilayah keresidenan Sumatera Selatan, di bawah sub-keresidenan (Afdeeling) Palembang dan Tanah Datar, dengan ibukota di Palembang.
Saat itu, wilayah OKI dibagi menjadi Onder Afdeeling Komering Ilir dan Onder Afdeeling Ogan Ilir.
BACA JUGA:Gus Ipul jadi Mensos, Eddy Hartono Kepala BNPT
BACA JUGA:Pengobatan Kanker dengan Kemoterapi: Apa Saja Tujuan dan Efek Sampingnya? Simak Yuk!