Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menyambut positif program ini. Ia menekankan bahwa keterlibatan santri dalam program internasional sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren.
“Kesempatan emas ini membuka pintu bagi para santri untuk belajar langsung dari para cendekiawan dunia, sekaligus memperlihatkan bahwa Islam Indonesia bersifat moderat dan inklusif, serta berkontribusi pada pembangunan peradaban dunia,” ujarnya.
Menurutnya, program ini merupakan bukti komitmen pemerintah untuk terus mendorong percepatan pendidikan di lingkungan pesantren, baik melalui beasiswa degree maupun non-degree.
Pada 2023 hingga 2024, Kemenag telah merekrut sekitar 2000 santri berprestasi melalui skema beasiswa.
Tahun ini, peluang kembali dibuka bagi para santri untuk mengikuti program non-degree internasional.
Generasi Santri Unggul dan Berwawasan Global
Abu Rokhmad juga menyampaikan bahwa program beasiswa ini merupakan bagian dari strate
gi jangka panjang Kemenag untuk mencetak generasi santri yang memiliki wawasan global dan integritas tinggi. Ia menegaskan bahwa para santri perlu belajar di luar negeri agar dapat memperluas pandangan mereka serta memiliki komitmen yang kuat dalam mengembangkan keilmuan pesantren di Indonesia.
Ia pun menyoroti pentingnya program Micro Credential di Amerika Serikat dan Penulisan Karya Ilmiah Turots di Maroko, yang keduanya diharapkan dapat meningkatkan kapasitas akademik santri.
“Program Micro Credential membuka kesempatan bagi santri dan pendidik untuk lebih mendalami konsep moderasi beragama melalui pertukaran gagasan di tingkat internasional. Sementara itu, program penulisan turots di Maroko akan meningkatkan produktivitas santri dalam kajian keilmuan Islam klasik,” jelasnya.
Selain itu, program Penguatan Kapasitas Manajemen Sanad Keilmuan Ma'had Aly di Maroko dan Santri International Fellowship di Inggris juga disorot sebagai upaya memperkuat manajemen pesantren agar siap menghadapi tantangan zaman.
"Sanad keilmuan menjadi penghubung kita dengan tradisi keilmuan asli, dan manajemen pesantren harus terus ditingkatkan tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional," ujarnya.
Langkah Maju untuk Pendidikan Pesantren
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Basnang Said, berharap program beasiswa ini dapat menjadi model pengembangan pendidikan pesantren yang adaptif terhadap perubahan zaman tanpa meninggalkan akar tradisional.
Menurutnya, kerja sama antara Kemenag dan LPDP melalui Dana Abadi Pesantren akan menghasilkan SDM unggul yang mampu bersaing di tingkat internasional.
Basnang juga menambahkan bahwa setiap program beasiswa non-degree ini memiliki durasi yang berbeda. Penulisan Karya Ilmiah Turots di Maroko berlangsung selama dua bulan, Penguatan Kapasitas Manajemen Sanad Keilmuan Ma'had Aly di Maroko selama satu bulan, Micro Credential di Amerika Serikat dua bulan, dan Santri International Fellowship di Inggris selama satu bulan.