JAKARTA, SUMATERAKEKSPRES.ID - Kementerian Keuangan Indonesia melaporkan bahwa kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk triwulan kedua tahun 2024 tetap terjaga dengan defisit yang terkendali, meskipun ada ketidakpastian dalam ekonomi global.
Menurut pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, "Pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 6,2% year-on-year (yoy), sementara belanja negara tumbuh sebesar 11,3% yoy."
Hingga akhir Juni 2024, defisit APBN tercatat sebesar Rp77,3 triliun atau 0,34% dari Produk Domestik Bruto (PDB), dengan keseimbangan primer masih surplus sebesar Rp162,7 triliun.
Kinerja ini diharapkan dapat memberikan landasan yang kuat untuk mendukung transisi ekonomi yang stabil menuju tahun 2025.
Pendapatan dan Belanja Negara
Realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.320,7 triliun, setara dengan 47,1% dari target APBN 2024, dengan kontraksi sebesar 6,2% yoy.
Dari jumlah tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp1.028,0 triliun, mengalami kontraksi sebesar 7,0% yoy.
Penurunan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti penurunan penerimaan pajak, kepabeanan, dan cukai, yang dipengaruhi oleh moderasi harga komoditas, peningkatan restitusi.
Serta peralihan konsumen ke golongan rokok dengan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) lebih rendah.
Sementara itu, realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp288,4 triliun, dengan kontraksi sebesar 4,5% yoy.
Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya lifting migas serta penurunan harga mineral dan batubara.