Ini biasanya berasal dari pemangku adat atau orang yang dituakan dan dihormati dalam Suku Ogan. Tugasnya “melobi” dan meyakinkan pihak mempelai perempuan.
Hanya saja tradisi budaya ini sudah nyaris punah. Karena sudah sangat jarang calon pengantin suku Ogan yang masih menjalankan.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Penjabat Bupati OKU H Teddy Meilwansyah saat melantik pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Ogan Komering Ulu periode 2024-2029.
Teddy menyampaikan sejumlah seni dan budaya di OKU terancam punah atau hilang. Karena menurut Teddy banyak seni dan budaya yang sudah mulai terlihat hilang.
BACA JUGA:Kemenag -Kesra Tak Ada Pungutan, Bantah Program Isbat Nikah Dipungut Biaya
Dia mencontohkan, kalau dulu ada tradisi berbalas berpantun saat antar lamaran. Lainnya ada tradisi pengadangan dalam sambut calon pengantin. Tapi ini sudah sangat jarang dilakukan.
“Tugas Dewan Kesenian OKU ini tidak hanya menjaga. Tapi juga promosi seni budaya,” kata Teddy. Promosi ini sebutnya perlu dilakukan baik di tingkat nasional dan bila perlu sampai internasional. (bis)
TRADISI: Pernikahan bule Jerman Simon Schiffmann dan Evi Lestari yang dilakukan beberapa waktu lalu menggunakan tradisi pengadangan.FOTO: BERRI/SUMEKS