Menilik Harapan Hidup di Sumatera Selatan

Jumat 02 Aug 2024 - 21:54 WIB
Oleh: Irfan Sumeks

SUMATERAEKSPRES.ID - Oleh: Marpaleni, MA, Ph.D Statistisi Ahli Madya di BPS Provinsi Sumatera Selatan.

“The greatest wealth is health,” demikian kata Virgil, seorang penyair Romawi kuno. Ungkapan ini bukan sekadar retorika belaka; mengandung kebenaran yang tetap relevan hingga kini. Menjelang 79 tahun kemerdekaan Indonesia, mari kita telah perkembangan pembangunan kesehatan di Sumatera Selatan.

Usia Panjang, Kesehatan Optimal, Umur harapan hidup adalah salah satu indikator penting dalam pembentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan kondisi kesehatan masyarakat di Sumatera Selatan. Pada tahun 2020, angka Umur Harapan Hidup (UHH) Sumsel mencapai 73,39 tahun, menandakan perkiraan usia maksimal bagi bayi yang lahir pada tahun tersebut.

BACA JUGA:Tekankan Makna Kemerdekaan Indonesia Dalam Sarasehan Pancasila di Yogyakarta

BACA JUGA:Tiket.com Menggelar Kampanye Independence Deals untuk Merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia

Pada 2021, angka ini meningkat menjadi 73,47 tahun, dan naik lagi menjadi 73,76 tahun di 2022. Kemudian pada 2023, UHH tercatat mencapai 74,04 tahun, meningkat sekitar 0,28 tahun dibanding tahun sebelumnya. Walaupun peningkatan ini tampak marginal, sebenarnya setara dengan 102,27 hari tambahan, atau lebih dari 14 minggu. Ini adalah pencapaian signifikan.  

Peningkatan harapan hidup dari tahun 2020 hingga 2023 menggambarkan perbaikan dalam kondisi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Setiap detik tambahan dalam harapan hidup mencerminkan cerita nyata anak-anak lebih sehat, generasi lebih cerdas, lansia menikmati masa tua lebih bahagia.

Determinan Kesehatan dan Pengaruhnya, Kenaikan harapan hidup ini bukanlah kebetulan semata; berbagai faktor kesehatan memainkan peran kunci. H.L. Bloom menjelaskan bahwa factor lingkungan, perilaku, layanan kesehatan, dan ciri genetik yang diwariskan dari keluarga semuanya berperan penting dan saling berkaitan dalam membentuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Penelitian oleh Filmer dan Pritchett (1999) menunjukkan bahwa akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik sangat berkorelasi dengan peningkatan harapan hidup, terutama di negara berkembang. Air bersih dapat mencegah penyakit menular seperti diare, sedangkan sanitasi yang buruk meningkatkan risiko penyakit seperti kolera dan hepatitis A. Dengan mengurangi beban penyakit yang ditularkan melalui air, harapan hidup dapat meningkat, memberikan dampak positif pada kualitas hidup masyarakat.

BACA JUGA:Heri Amalindo – Popo Ali Raih Dukungan PKB untuk Pilkada Sumatera Selatan 2024

BACA JUGA:Hasil Survei Terbaru LKPI: Herman Deru-Cik Ujang Masih Unggul di Sumatera Selatan Menjelang Pilkada

Marmot dan Wilkinson (2005) menyatakan kemiskinan membatasi akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, perumahan layak, dan layanan kesehatan, yang pada gilirannya meningkatkan risiko penyakit kronis dan menurunkan harapan hidup. Sementara Gakidou et al. (2007) menyoroti bahwa pendidikan berfungsi sebagai mediator antara akses ekonomi dan kesehatan, meningkatkan pengetahuan individu tentang kesehatan dan perilaku sehat, serta memberikan dampak positif pada peluang ekonomi.

Pendidikan yang baik memungkinkan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan dan nutrisi berkualitas, sehingga dapat mengurangi kesenjangan kesehatan dan meningkatkan harapan hidup secara keseluruhan. Ini menunjukkan betapa pentingnya investasi dalam pendidikan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat.

Kemudahan akses dan penggunaan layanan kesehatan juga berpengaruh besar. Cinaroglu & Baser (2018) menemukan bahwa jumlah rumah sakit, dokter, lama waktu perawatan, dan jumlah operasi adalah faktor penting dalam menentukan akses dan penggunaan layanan kesehatan, berdampak langsung pada harapan hidup. Dengan akses layanan kesehatan baik, masyarakat menikmati kualitas hidup dan umur lebih panjang.
Menatap Masa Depan: Integrasi Kebijakan dan Strategi

Peningkatan harapan hidup di Sumatera Selatan merupakan bukti nyata bahwa upaya terpadu dalam memperbaiki kondisi kesehatan telah membuahkan hasil positif. Namun, tantangan masih ada dan perlu diatasi dengan langkah-langkah strategis berkelanjutan. Penting untuk melanjutkan investasi dalam infrastruktur kesehatan, air bersih, dan sanitasi yang layak untuk memastikan masyarakat tetap mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan lingkungan yang sehat. Dalam upaya ini, pengembangan infrastruktur dan tenaga medis, serta pemanfaatan teknologi kesehatan seperti tele medicine, dapat membantu memperluas akses layanan kesehatan berkualitas.

Integrasi kebijakan mendukung kesehatan, pendidikan, dan ekonomi sangat krusial. Kebijakan harus fokus meningkatkan akses universal terhadap faktor penunjang kesehatan, termasuk gizi, air bersih, dan pendidikan kesehatan. Selain itu, menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat melalui edukasi dan kampanye publik penting untuk mengurangi penyakit yang dapat dicegah. Pendidikan berperan sebagai fondasi untuk meningkatkan kualitas hidup, mendorong perilaku sehat, dan membuka peluang ekonomi yang lebih baik.

Peningkatan harapan hidup di Sumatera Selatan mencerminkan kemajuan inklusif dan berkelanjutan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sector kesehatan harus diperkuat untuk menciptakan ekosistem yang menjadikan kesehatan prioritas utama. Ini adalah komitmen bersama agar setiap individu menikmati hari yang lebih sehat, bahagia, dan produktif. Dengan menjadikan kesehatan sebagai inti kebijakan pembangunan, kita tidak hanya menambah tahun dalam hidup, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup setiap tahun, sesuai pesan Virgil bahwa "kesehatan adalah kekayaan terbesar."

Kategori :