PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - 1200 Personil, meliputi gabungan TNI, Polri, Maggala Agni dan seluruh stakeholder yang terlibat dalam penanggulangan bencana kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) Sumsel, mengikuti Apel dan Simulasi karhutla Sumsel tahun 2024 di Griya Agung, Sabtu 20 juli 2024
Apel dipimpin langsung oleh Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto yang dihadiri juga oleh Pj Gubernur Sumsel Elen Setiadi Kajati Sumsel, serta seluruh pejabat daerah.
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam sambutannya mengatakan Secara geografis dan topogragfis wilayah
Sumatera termasuk cukup lengkap ada dataran tinggi dan dataran rendah serta lahan gambut yang luas.
"Kondisi geografis alam tersebut berpotensi mengakibatkan bencana alam yang dipengaruhi oleh musim, saat musim hujan ada ancaman bencana banjir, dan tanah longsor," katanya
BACA JUGA:Peringati HBA ke-64, Kejari Muara Enim Gelar Donor Darah dan Bakti Sosial
BACA JUGA:Inilah Link Pendaftaran Seleksi CPNS Bagi Lulusan SMA dan SMK
"Serta saat musim kemarau ancaman bencananya berupa kekeringan dan kebakaran hutan atau lahan," imbuhnya.
Ia mengatakan, kebakaran hutan diwilayah Sumatera Sumatera Selatan biasa terjadi dilahan gambut yang cukup luas, apalagi ketika musim kemarau ada aktivitas masyarakat yang memanfaatkan lahan gambut untuk mencari ikan, berburu atau mengambil kayu.
"Ya biasanya dalam aktivitas tersebut ada yang menggunakan api yang dapat memicu terjadinya kebakaran," jelasnya
Airlangga menegaskan, jika Kebakaran besar pada lahan gambut dapat yang apabila terjadi berulang pada saat puncak musim kemarau, maka akan sangat menggangu dan merugikan berbagai sektor.
"Banyak sektor yang terganggu seperti kesehatan, perhubungan dan berdampak juga pada sosial ekonomis karena terganggunya jalur transportasi," jelasnya.
BACA JUGA:Kota Pagaralam Berjaya di Anugerah Pesona Desa Wisata Sumatera Selatan
BACA JUGA:Banyuasin Siap Gelar Pilkada Damai, Kapolres Ajak Semua Pihak Berkolaborasi
Airlangga mengatakan akibat asap karhutla bisa merugikan perekonomoan sebesar 150 miliar.