Kebiasaan ini sangat penting diajarkan dari hal - hal terkecil. ”Untuk memperkuat proses belajar, berikan contoh sesuai target perilaku yang diharapkan. Orang tua bisa mencontohkan saat ingin buang air kecil, segera ke kamar mandi,” katanya.Pada tahap ini, orang tua lebih disarankan memberi contoh mengenai perilaku yang diharapkan, dari pada harus membandingkan dengan anak lain yang sudah lebih dahulu bisa. ”Kebiasaan anak-anak itu harus di mulai dengan mencontohkan hal-hal yang mudah di pahaminya dulu,”jelasnya Sebagai orang tua, lanjutnya, jangan suka membandingkan anaknya dengan anak orang lain. ”Sebab membandingkan dengan orang lain yang kondisinya belum tentu sama tentu tidak bijaksana dan kurang mendukung proses belajar (membuat demotivasi),”ucapnya
Dikatakan, dalam pase ini, orang tua mulai melatih dan mengamati kemajuan. ”Jika anak belum mampu melakukan perilaku target, ulang-ulangi terus,” sambungnya lagiBACA JUGA : Tak Bertegur Sapa, Sajam yang Bicara Berikan penguatan perilaku berupa reward saat anak berhasil melakukan perilaku sesuai target yang diinginkan meskipun sederhana. ”Pilih reward kecil yang menyenangkan anak. Misalnya, beri sticker gambar lucu, makanan sehat kesukaan anak, dan lainnya, hal ini guna agar anak semakin termotivasi,”katanya Dikatakan, anak memilki kebiasaan yang tidak sesuai yang diinginkan orang tua. Sering kali sebagai orangtua, memarahi anak maupun membandingkan perilakunya dengan anak lain yang lebih baik.
”Harapannya adalah agar anak lebih termotivasi untuk bersikap dan memiliki kebiasaan lebih baik. Padahal, sikap tersebut dapat menurunkan keyakinan diri anak, dan tidak membuatnya memahami alasan sebenarnya di balik perilaku yang harus ia lakukan,”ungkapnyaMisalnya, anak memiliki hobi seperti memanjat jendela, kemudian melarang dengan cara memarahinya, lalu anak menjadi tidak memanjat jendela, bukan karena ia paham bahwa itu berbahaya. melainkan karena didorong rasa takut dimarahi jika ia memanjat jendela tersebut. ”Sebaiknya yang dilakukan orang tua adalah Pertama, biarkan anak menerima konsekuensi atas perilakunya. Misalnya, ia lari-lari lalu terjatuh. Maka ia menerima konsekuensi (yaitu jatuh) atas perilaku lari-lari nya. Dengan demikian, kali berikutnya pun ia akan lebih berhati-hati dalam berlari-lari,” ucapnya Kebiasaan ini dengan catatan, bukan artinya orangtua membiarkan anak berperilaku yang membahayakan, misalnya lagi manjat-manjat kita diamkan. ”Tapi kita awasi jelaskan bahayanya jika ia sampai terjatuh,”urainya Lebih jauh dijelaskanya, untuk anak yang lebih besar, orang tua dapat menjalin komunikasi membahas mengenai perilakunya. Misalnya saat ia melakukan kesalahan atas kebiasaanya bisa tanyakan kepadanya. ”Saat ia merebut mainan punya orang lain, menurut kamu, jika kamu mengambil mainan punya teman kamu seperti tadi, bagaimana perasaan temanmu?,”tandasnya (nni)
Kategori :