PALEMBANG - Potensi energi terbarukan di Sumsel cukup besar. Mencapai 21,032 giga watt (GW). Guna mempersiapkan transformasi energi baru terbarukan (EBT), Pemprov Sumsel bekerja sama Institue for Essential Services Reform (IESR) membentuk Forum Energi Daerah.
Dengan adanya forum ini, akan ada prioritas untuk menciptakan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.
Kepala Bidang (Kabid) Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel, Aryansyah mengatakan, transisi energi di dunia diproyeksikan mengurangi permintaan batu bara.
Hal ini akan mempengaruhi pendapatan daerah penghasil batu bara, seperti Sumsel. Namun, dengan potensi energi terbarukan mencapai 21,032 GW, Sumsel berpeluang melakukan transformasi ke energi terbarukan yang berkontribusi mencapai target Indonesia netral karbon (net zero emission) pada tahun 2060 atau lebih cepat.
"Mempersiapkan transformasi ini perlu menjadi prioritas untuk menciptakan ekonomi masyarakat yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing tinggi," imbuhnya, kemarin.
Menurut dia, kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan di wilayah Sumsel hingga tahun 2023 mencapai 989,12 megawatt (MW).
“Pembangkit listrik biomassa (PLTBm), khususnya yang digunakan sendiri oleh perusahaan (captive power) atau tidak tersambung dengan jaringan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), mendominasi dengan kapasitas terpasang sebesar 802,59 MW. Selain itu, terdapat kontribusi dari kapasitas terpasang energi panas bumi, air, dan surya mencapai 175,71 MW,” kata Aryansyah.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2024, sekitar 26,61 persen pendapatan daerah Sumsel berasal dari sektor pertambangan dan penggalian.
Namun, secara distribusi pekerja, sektor pertambangan dan penggalian hanya berkisar 2,24 persen atau sekitar 98-105 ribu pekerja pada 2023 dari total 4,38 juta penduduk bekerja.
"Distribusi pekerja tertinggi justru berasal dari sektor pertanian (43,61 persen), diikuti perdagangan (15,40 persen) dan industri pengolahan (7,02 persen)," kata dia.
Kepala Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sumsel, Hari Wibawa menambahkan, terkait pemanfaatan energi terbarukan Sumsel telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).
Target ini mencakup mencapai indeks ekonomi hijau sebesar 62,22 persen pada 2025 dan mencapai bauran energi terbarukan 23 persen pada tahun yang sama.
“Untuk mendorong transformasi ekonomi daerah, Sumatera Selatan akan mengembangkan usaha energi terbarukan dan ekonomi hijau, serta penguatan kompetensi tenaga kerja, masyarakat, dan pemerintah,” kata Hari.
Sementara, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, Marlistya Citraningrum, menyatakan kehadiran forum ini bertujuan untuk memperkuat koordinasi dan sinergi antar pemangku kepentingan, mendorong partisipasi aktif dari berbagai pihak. Termasuk mempercepat pencapaian target energi terbarukan di Sumsel.
Selain itu, kata dia, forum ini diharapkan menjadi wadah strategis untuk berbagi informasi, berkolaborasi lintas sektoral, memberikan rekomendasi kebijakan dan program.