PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Nilai tukar rupiah yang menyentuh level Rp16.491 per US Dolar tak membuat pemerintah khawatir. Pemerintah optimistis tren rupiah akan tetap positif dengan mempertimbangkan fundamental yang ada.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan kondisi rupiah belakangan karena sentimen jangka pendek. Faktor itu adalah ketegangan geopolitik Timur Tengah, The Fed, suku bunga obligasi pemerintah AS naik, dan kondisi lainnya. ”Sentimen global ini memberikan dampak ke pelemahan nilai tukar,” jelasnya, kemarin.
Dari dalam negeri, pada triwulan kedua ada peningkatan permintaan korporasi untuk membayar dividen dan utang. Biasanya menggunakan USD. Pada triwulan ketiga, tidak ada lagi pembayaran tersebut. ”Persepsi sustanibilitas fiskal ke depan itu membuat sentimen yang berdampak pada tekanan nilai tukar rupiah,” beber Perry.
Namun, dia menekankan, pelemahan itu hanya dinamika jangka pendek. Untuk jangka panjang, Perry sangat optimistis rupiah bakal menguat. Dia menyebut sejumlah fundamental yang akan memengaruhi sentimen positif rupiah. Di antaranya, inflasi yang hanya 2,8 persen, pertumbuhan ekonomi 5,1 persen, dan kredit tumbuh 12 persen. ”Kondisi ekonomi termasuk juga imbal hasil investasi itu faktor fundamental yang seharusnya mendukung rupiah menguat,” terang dia.
BACA JUGA:Nilai Tukar Rupiah Kian Melemah, Sejumlah Komoditas Bakal Naik Harga
BACA JUGA:Jangan Sampai Gak Tau, Ini Cara Mendapatkan Saldo DANA Gratis Hingga Ratusan Ribu Rupiah Setiap Hari
Keyakinan Perry itu didukung riwayat selama ini. Akhir tahun lalu rupiah juga sempat jeblok. Namun, kemudian berangsur membaik. ”Kami akan terus ada di pasar. Kami akan stabilkan nilai tukar rupiah,” tegasnya.
Perry menyebut Bank Indonesia punya cadangan devisa USD 139 miliar untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Selain itu, Bank Indonesia akan membeli SBN dari pasar sekunder. ”Kesimpulannya, secara fundamental trennya, jangan tanya hari per hari. Rupiah trennya akan menguat karena inflasi rendah, growth bagus, faktor fundamental itu bagus,” ucapnya.
Menkeu Sri Mulyani menyampaikan kondisi perekonomian AS, Eropa, dan Tiongkok memengaruhi ekonomi dalam negeri. ”Kami pantau bagaimana meminimalkan dampak negatif kalau terjadi mengenai Fed Fund Rate yang beberapa kali akan menurunkan suku bunga,” ujarnya.
Dia menyebut konsumsi masyarakat mulai pulih. Masyarakat semakin percaya diri. ”Ini jadi fondasi yang cukup baik untuk proyeksikan pertumbuhan ekonomi kita di kuarter dua ini masih terjaga seperti pada kuarter pertama,” katanya.
APBN 2024 yang sedang berjalan akan dikelola pemerintah dengan hati-hati. Kurs dan harga minyak bakal memengaruhi postur APBN. ”Kami koordinasi dengan Bank Indonesia yang terus mencoba stabilisasi nilai tukar rupiah,” ujarnya. (*)