Sejarah Sedekah Rami Puyang Burung Jauh
Legenda mengenai asal-usul sedekah rami Puyang Burung Jauh berkisah tentang seorang perempuan bernama Puyang Rodiah.
Suatu ketika, Puyang Rodiah menemukan seorang anak laki-laki dalam kondisi kotor dan memprihatinkan di dekat sungai saat ia sedang menyusuri hutan.
Anak laki-laki itu kemudian dibawa pulang dan dirawat oleh Puyang Rodiah.
Anak tersebut diberi nama Tuma’mya, yang kemudian dikenal sebagai Puyang Burung Jauh.
BACA JUGA:Semarak “Midang Bebuke”, Tradisi Unik Masyarakat Kayuagung di Hari Raya
Ketika dewasa, Puyang Burung Jauh dikenal sebagai pria sakti yang mampu mengatasi berbagai masalah.
Pada suatu masa, Desa Kertayu mengalami wabah penyakit dan serangan hama yang merusak tanaman. Puyang Burung Jauh pun turun tangan dan berhasil menyingkirkan wabah tersebut.
Sebelum pergi, ia berpesan kepada masyarakat agar selalu bersyukur atas hasil panen yang diperoleh untuk menghindari bencana di masa depan.
Pesan inilah yang menjadi cikal bakal dari ritual sedekah lemang yang terus dilestarikan hingga kini.
Tradisi sedekah rami Puyang Burung Jauh membawa banyak pesan moral yang diwariskan secara turun-temurun.
Meskipun dalam kondisi gagal panen, masyarakat Desa Kertayu tetap melaksanakan sedekah lemang sebagai bentuk komitmen terhadap pesan leluhur.
Salah satu peristiwa yang memperkuat keyakinan mereka adalah kejadian pada pertengahan 1980-an, di mana desa mengalami wabah muntaber setelah absen melaksanakan sedekah lemang, menewaskan 25 warga desa.
Ritual ini bukan hanya sekedar upacara adat, tetapi juga sarana mempererat hubungan sosial antarwarga desa.
BACA JUGA:Jadi Tradisi dan Momen yang Selalu Ditunggu Naik Stempel Mengitari Sungai Komering, Tarifnya Segini!