PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES. ID - Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Dzulhijjah, bulan terakhir kalender Hijriyah 1445.
Mari kita tingkatkan amal saleh dengan menghidupkan sunnah-sunnah Rasululllah Saw dalam setiap waktu dan kesempatan.
Pada awal bulan Dzulhijjah terdapat amaliah yang istimewa dan terdapat pahala yang khusus apabila kita melaksanakannya pada awal bulan tersebut.
Yang menjadi dasar bahwa Allah telah memuliakan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah, berdasarkan sabda Rasulullah Saw.
Dari riwayat Imam Ahmad, Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah).
Hadits tersebut menjelaskan sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah adalah sangat baik dan Istimewa untuk meningkatkan amal shaleh dengan menghidupkan sunnah-sunnah Rasul.
Seandainya kita melihat kembali ke belakang tentang keistimewaan bulan Ramadhan, maka kita akan teringat keistimewaan yang terkandung di dalamnya.
Misalnya pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, ada malam lailatul qadr, dan lain-lain.
Sedangkan keistimewaan bulan Dzulhijjah terdapat pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Bahkan secara khusus Rasulullah Saw memerintahkan kepada kita untuk mengisi hari-hari awal bulan tersebut dengan peningkatan amal.
Sebagaimana ditegaskan dalam hadits riwayat Ahmad sebagai berikut.
Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih dicintai oleh Allah dari pada beramal pada hari-hari tersebut daripada 10 hari Dzulhijjah, maka perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid. (HR Ahmad).
Dalam keterangan yang lain, bahwa Rasulullah Saw, menegaskan beribadah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah itu diumpamakan seperti orang yang jihad di jalan Allah.
Sebagaimana sabda beliau, Tidak ada hari dimana suatu amal shalih lebih dicintai Allah Swt, melebihi amal shalih yang dilakukan di hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah).
Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad di jalan Allah? Nabi Saw, menjawab, ya termasuk lebih utama dibanding jihad di jalan Allah.
Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad) dan tidak ada satu pun yang kembali (ia mati syahid).
Berdasarkan hadits tersebut, maka pada supuluh hari di awal bulan Dzulhijjah terdapat keistimewaan-keistimewaan yang luar biasa.
Sehingga kita dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh. Seperti, dzikir; takbir, tahmid, tasbih, dan membaca al-Qur’an, memperbanyak shalat sunnah, memperbanyak sedekah dan lain-lain.
Begitu pula saudara-saudara kita yang tahun ini akan berniat kurban, maka tidak dianjurkan untuk memotong kuku dan rambut sejak awal tanggal bulan Dzulhijjah sampai hari pada saat selesai menyembelih hewan kurbannya, itu pun dianggap ibadah, karena ittiba’ kepada Rasulullah.
Ulama berpendapat larangan memotong kuku dan rambut bagi yang akan berkurban, agar kiranya orang tersebut akan mendapatkan pahala yang lebih sempurna dan akan mendapat ampunan dari seluruh anggota tubuhnya tanpa ada pemotongan sedikitpun.
Dengan hadits-hadits tentang keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah tersebut, maka kita dapat meraih kemuliaan tersebut dengan menghidupkan sunnah-sunnah sebagai berikut.
Pertama, berpuasa sunnah, Kita dianjurkan untuk memanfaatkan momen sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dengan melakukan puasa sunnah.
Boleh puasa sunnah dimulai tanggal 1 Dzulhijjah, atau memilih puasa tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah (Tarwiyah dan Arafah) atau memilih puasa tanggal 9 Dzulhijjah yang dikenal sangat istimewa.
Begitu istimewanya sehingga Rasulullah bersabda: Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.
Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu. (HR. Muslim)
Kedua, perbanyaklah dzikir, menyebut-nyebut asma Allah terutama pada hari-hari tertentu (berbilang) termasuklah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan hari-hari tasyrik.
Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. (Al-Baqarah: 203).
Makna dari beberapa hari yang berbilang diantara maknanya adalah pada awal-awal bulan Dzulhijjah dan hari tasyrik.
Dalam himpunan fatwa disebutkan pada hari raya Idul Adha disyari’atkan membaca takbir mutlak dan takbir muqayyad.
Adapun takbir mutlak maka (disyariatkan untuk dilakukan) pada seluruh waktu dari mulai awal masuknya bulan Dzulhijah sampai hari yang terakhir dari hari-hari tasyriq.
Sedangkan takbir muqayyad (disyariatkan untuk dilakukan) pada setiap selesai shalat wajib, yakni mulai dari setelah selesai sahalat shubuh pada hari Arafah sampai setelah shalat ‘Ashr pada akhir hari tasyriq.
Dasar yang dijadikan dzikir mutlak dan muqayyad ini adalah ijma’ dan perbuatan para sahabat Rasulullah Saw.
Ketiga, shalat Idul Adha. Hari raya Idul adha dalam Islam juga dikenal dengan sebutan An_Nahr yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Dan untuk merayakan hari tersebut, maka umat muslim disunnahkan untuk melaksanakan shalat Idul Adha dan dilanjutkan dengan menyembelih hewan qurban. Pada hari raya tersebut umat muslim diharamkan untuk berpuasa.
Allah Swt telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Kautsar ayat ke-2: Laksanakanlah shalat untuk Rabmu dan sembelihlah qurban.
Keempat, Menyembelih hewan qurban. Dalam al-Qur’an surat al-Hajj ayat ke-34, disebutkan bahwa tiap-tiap umat telah diturunkan syari’at penyembelihan hewan kurban, hal ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Pada saat penyembelihan, mereka harus menyebut asma Allah terhadap hewan ternak yang akan mereka sembelih sebagai rizki dan karunia pemberian Allah.
Manusia yang mendapat rizki namun tidak mau berkurban diancam dengan tegas: jangan mendekat ke masjid kami! Siapa yang memililki kelapangan namun dia tidak berqurban maka jangan mendekat ke masjid kami. (HR. Ahmad).
Selain keempat amaliah tersebut yang termaktub di dalam hadits tentang keutamaan awal bulan Dzulhijjah.
Kaum muslimin dianjurkan pula memperbanyak amal saleh lainnya seperti melakukan pertaubatan, serta meninggalkan segala perbuatan dosa dan maksiat.
Memanjatkan doa untuk saudara-saudaranya yang berangkat menunaikan ibadah haji.
Ternyata pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah itu adalah awal dari kemulian dan kebaikan-kebaikan yang ada di dalamnya.
Semoga kita mau memanfaatkan momen awal bulan Dzulhijjah, dengan menghidupkan sunnah, meningkatkan amal saleh serta kebaikan-kebaikan yang mendatangkan rahmat dan berkah Allah Swt. Amiin. (*)
Oleh: Dr HM Syarif Husain SAg MSi
Dosen Balai Diklat Keagamaan Palembang