PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID-Awal tahun ini, Starlink mengumumkan peluncuran layanan yang memungkinkan ponsel terhubung langsung ke satelit.
Layanan bernama Direct-to-Cell ini memungkinkan pengguna untuk mengirim pesan, melakukan panggilan, dan mengakses internet sipee cepat.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif, menyatakan kekhawatirannya terkait potensi masuknya layanan tersebut ke Indonesia.
Menurutnya, kehadiran Direct-to-Cell bisa mengancam seluruh ekosistem telekomunikasi yang ada di Indonesia.
BACA JUGA:Berharap Starlink Sediakan Internet Terjangkau
BACA JUGA:Jangan Abaikan Rasa Nyeri yang Terus Menerus, Bisa Jadi Kamu Alami Skoliosis seperti Fuji
"Jika Direct-to-Cell benar-benar masuk, kita bisa kehilangan semua dari hulu ke hilir," ujar Arif, melansir pelbagai sumber, Minggu 2 Juni 2024.
Arif menjelaskan bahwa teknologi tersebut sebenarnya sudah bisa diimplementasikan, namun masalahnya terletak pada alokasi frekuensi yang diperlukan untuk operasionalnya.
Hingga kini, belum ada alokasi frekuensi untuk layanan Direct-to-Cell di Indonesia.
Arif menekankan bahwa keputusan akhir ada di tangan pemerintah, apakah akan memberikan frekuensi tersebut atau tidak.
BACA JUGA:Info Loker Terbaru: TransNusa Rekrut Tenaga Ahli IT dan Pramugari Profesional, Saatnya Daftar Yuk!
"Keputusannya ada pada pemerintah, apakah mereka akan membiarkan layanan ini masuk atau tidak," tambahnya.
Sebelumnya, pemilik Starlink, Elon Musk, mengungkapkan bahwa layanan Direct-to-Cell mampu menyediakan konektivitas global dengan bandwidth sebesar 7 Mbps per beam.
Meski demikian, Musk memastikan bahwa layanan ini tidak akan bersaing dengan jaringan seluler terestrial yang sudah ada.