Jum’at Berkah dan Pengharap Berkah

Kamis 30 May 2024 - 19:49 WIB
Oleh: Irvan Bahri

SUMATERAEKSPRES.ID - Sedekah adalah salah satu amalan yang dicintai oleh Allah SWT. Sedekah sesuatu yang diberikan dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah swt. Menurut Syara’, sedekah adalah memberi kepemilikan pada seseorang pada waktu hidup dengan tanpa imbalan sesuatu dari yang diberi serta ada tujuan taqorrub pada Allah swt.

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia. (QS. Al-Hadid ayat 18).

Sesungguhnya sedekah dapat menjauhkan seorang muslim dari kemiskinan, apalagi sedekah di hari Jum’at, Allah swt akan mengahdiahkan pahala yang berlipat-lipat ganda. Sehingga di kalangan masyarakat sering menyebutnya dengan “Sedekah Jumat Berkah” atau “Jum’at Barokah”. Sebagaimana Imam Syafi’i pernah berkata tentang keajaiban sedekah, “Perbanyaklah bersedekah sebagai amalan hari Jumat. 

Sedekah bisa berupa uang, makanan, atau lainnya. Jangan takut uang menjadi habis jika bersedekah. Karena Allah akan melipatgandakan pahala sedekah. Bahkan Allah akan menambah rezeki jika kita bersedekah. Nabi bersabda, ‘Dan di hari Jumat pahala bersedekah dilipatgandakan”. (Imam al-Syafi’i, al-Umm, juz 1, hal. 239)

BACA JUGA:Tak Perlu Kaya untuk Bersedekah, Ini Dia Berbagai Bentuk Sedekah yang Bisa Anda Lakukan Setiap Hari

BACA JUGA: Sedekah 300 Karung Beras, Ini dia Kriteria Penerima yang Jadi Target Lazismu Palembang

Hal inilah yang membuat masyarakat muslim berlomba-lomba untuk sedekah di hari Jum’at (Jum’at Barokah). Ditambah lagi Ulama, Kyai, Ustadz dan para Habaib selalu menyarankan sedekah wabil khusus di hari jum’at dalam ceramah dan khotbah mereka bahkan Almarhum Syekh Ali Jabber menyarankan dimulainya sedekah pagi jum’at yaitu ketika kita selesai sholat subuh berjamaah mulailah dengan memasukkan uang di kotak Masjid atau keliling setelah sholat Jum’at memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan. 

Namun begitu banyak dari umat muslim bersedekah di hari Jum’at dengan membagi bagikan makanan dan uang secara langsung kepada orang yang membutuhkan. Seperti pada kebiasaan dari di bulan Romadhon yang sering kita lihat orang membagikan takzil untuk berbuka.

Di Indonesia, khususnya di Palembang, sering kita melihat dijalan-jalan, diperkampungan, masyarakat muslim membagikan nasi kotak dan sejenisnya. Terkadang mereka meletakkan bungkusan nasi kotak atas meja dengan tulisan “silahkan ambil, gratis” atau mereka membagikan makanan bahkan uang kepada para pejalan kaki atau pengendara bermotor. 

Namun yang sering terlihat biasanya mereka “pencari berkah” membagikannya sambil keliling di jalan-jalan kota Palembang dengan membagikan sedekah mereka kepada masyarakat yang “terlihat” fakir dan miskin yang ada di pinggir-pinggir jalan.

 

Hal inilah yang membuat pemandangan yang sangat lazim kita lihat di beberapa jalan utama, para penerima “pengharap” sedekah jum’at khususnya di hari Jum’at duduk-duduk di trotoar jalan. Pantauan penulis, khususnya di Seberang Ulu kota Palembang, ada beberapa titik para penunggu sedekah Jum’at yaitu di pintu masuk Perumahan OPI Jakabaring, sepanjang jalan Jakabaring dari bawah stasiun LRT DJKA sampai simpang Pasar Induk, lalu sebagian jalan di arah kertapati, dan depan Pom Bensin Telaga Swidak sampai simpang Tangga Takat.

Jika dilihat dari penampilan mereka, sudah tepat dan sepantasnya mereka mendapat sedekah. Namun jika diperhatikan dengan teliti, selama beberapa kali Jum’at, terlihat jelas mereka-mereka itu saja yang selalu menunggu di setiap Jum’atnya. Dengan penampilan lusuh serta dengan embel-embel membawa gerobak atau karung yang berisikan barang bekas “rongsokan” seperti botol plastik dan kardus. Seolah-olah mereka adalah pemulung.

Namun yang menggelitik penulis yaitu “mereka” tidak keliling kemana mana untuk mencari barang bekas. Tapi kenyataanya mereka diam diposisi mereka dari pagi sampai siang bahkan sampai sore hari di hari Jum’at itu. Kalaupun ada pergerakan, masih disekitaran itu juga. Yang menjadi pemandangan yang lagi-lagi menggelitik penulis yaitu para tukang becak.

Seperti di daerah Jakabaring, yang nota bene sepi dari lalu lalang manusia. Mereka duduk di dalam becaknya berjam-jam (tidak mau mencari penumpang), dan ini jelas sekali terindikasi mereka menunggu pemberian sedekah Jum’at yang sewaktu waktu berhenti menghampiri mereka.

Kategori :