PALEMBANG - Perbankan terus melakukan transformasi untuk memperbaiki tata kelola. Ketidakpastian ekonomi yang meningkat menutut bank selalu tetap agile menjalankan fungsi intermediasi, termasuk menata manajemen risiko.
Seperti yang dilakukan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dalam menerapkan artificial intelligence (AI). Memberdayakan teknologi big data dan machine learning secara komprehensif guna mendorong pertumbuhan bisnis hingga manajemen risiko. Seperti menjaga agar kolektabilitas tetap lancar selama menjadi nasabah.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu menuturkan transformasi perlu untuk mengembangkan segmentasi pelanggan, sehingga mampu menjangkau potensi pasar yang lebih luas. "Dengan transformasi digital yang dilakukan, kami berharap menjadi lebih terhubung dengan pelanggan, menghadirkan layanan yang lebih personal, dan merangkul perubahan menuju dunia digital," terang Nixon.
Big Data, lanjut dia, merupakan strategi perseroan menuju advanced AI-data driven. Disertai dengan pembaharuan dan implementasi teknologi terkini untuk ekosistem. Seperti, membangun data warehouse, data lake, master data management, hingga penggunaan cloud. Implementasi AI sudah dilakukan untuk menghasilkan berbagai business insight dan hyper segmentation. Yakni mengelompokkan nasabah dalam grup yang spesifik dan presisi sehingga BTN dapat memberikan solusi finansial personal kepada nasabah sesuai kebutuhan.
BACA JUGA:Segera Cek Dana Tabunganmu! Ada 4 Bank yang Operasionalnya Dicabut OJK, Catat Daftarnya
"Lebih jauh lagi, penerapan AI yang sudah kami lakukan juga mampu meningkatkan loyalitas dan engagement dengan nasabah. Semua itu sejalan dengan komitmen BTN sebagai one stop mortgage solution bagi nasabah," kata Direktur IT BTN Andi Nirwoto.
Dia menjelaskan sejumlah bisnis perseroan yang menerapkan AI yaitu penentuan segmentasi nasabah, kegiatan cross-sell dan up-sell produk simpanan, kredit, maupun investasi, serta aktivitas kampanye digital, hingga program retensi dan winback. Dengan begitu, proses informasi, promosi, hingga penawaran produk bisa dijalankan tepat sasaran. Sesuai dengan profil serta kebutuhan nasabah.
BTN juga menggunakan AI untuk manajemen risiko perbankan. Seperti, credit scoring, early warning system, dan probability of default yang berfungsi untuk menjaga kolektabilitas nasabah tetap lancar. "BTN memanfaatkan Talkbot sebagai salah satu channel untuk berinteraksi dengan nasabahnya," ujarnya.
Alhasil, pertumbuhan kredit BTN di kuartal I 2024 tumbuh 14,8 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp 344,24 triliun. Tingkat current account and saving account (CASA) juga tumbuh 7,1 persen secara tahunan menjadi Rp178,6 triliun. Secara manajemen risiko juga mampu menjaga kualitas kredit yang tercermin dari rasii non-performing loan (NPL) gross yang turun di level 3 persen. Mengingat, pada kuartal I tahun lalu masih berada di 3,54 persen. "Begitu juga NPL net yang turun menjadi 1,38 persen dibandingkan dengan 1,46 persen pada periode sama tahun sebelumnya," tandas Andi. (fad)