SUMATERAEKSPRES.ID - Buah Petanang memang kelat, tumbuh subur di pesisir sungai Musi. Biarpun Kelat tapi kaya manfaat, Jadi lalapan campur makan nasi.
Buah petanang dulunya sempat jadi primadona. Banyak tumbuh di lahan basah sungai Musi, Sumatera Selatan.
Meskipun rasanya asam bercampur pahit, sedikit kelat dan sepat. Tetapi, masyarakat yang hidup disekitar pesisir sungai Musi gemar mengkonsumsi nya sebagai lalapan segar.
Pohon petanang (Dryobalanops oblongifolia) mempunyai 7 jenis yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia.
Pohon petanang banyak tumbuh di vegetasi rawa gambut atau tepian sungai. Kayunya yang keras sering dimanfaatkan jadi bahan pembuatan kusen bangunan rumah.
BACA JUGA:Panduan Praktis Budidaya Durian Unggul: Tips Berbuah Cepat dan Berkualitas!
Buahnya jadi lalapan penambah nafsu makan. Buah kaya nutrisi ini dipercaya dapat menjaga kesehatan fisik hingga mencegah diare. Namun jika tidak terbiasa, terlalu banyak dikonsumsi akan menyebabkan sakit perut.
Sekilas mirip buah pala, daging buah berwarna hijau, merah jambu dan gelap. Jika sudah memekar, bentuk buahnya akan seperti kerang bersayap dengan tekstur yang berurat.
BACA JUGA:Bagi Anda Penderita Stroke, Sebaiknya Konsumsi 6 Buah Ini
Tanda buah ini sudah siap di lalap adalah saat sudah mengeluarkan wangi yang khas. Bisa dimakan langsung sebagai lalapan ataupun dimasak dengan cara di tumis.
Getah Petanang dengan jenis Dryobalanops camphora dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kapur barus. Daunnya mengandung minyak atsiri yang digunakan sebagai bahan campuran parfum dan produk kosmetik.
Dibalik segudang manfaat pohon Petanang yang dulunya dekat dengan kehidupan masyarakat pesisir sungai Musi. Kini, akan sangat susah mencari pohon jenis ini.
Eksploitasi lingkungan, kebakaran hingga pembukaan lahan besar-besaran jadi ancaman nyata yang mengikis ekosistem pohon petanang. (dik)